Jumat 22 Mar 2024 19:54 WIB

Perang Harga Baterai Bisa Buat Mobil Listrik Jadi Lebih Murah

Produsen baterai mengklaim dapat memangkas biaya produksi baterai hingga 50 persen.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Friska Yolandha
Baterai mobil listrik (ilustrasi). Produsen baterai asal China CATL mengklaim dapat memangkas biaya produksi baterai hingga 50 persen.
Foto:

Cara produsen baterai memangkas biaya 

Pasar terbesar untuk EV dan hibrida plug-in adalah China. Tetapi permintaan kendaraan di Negeri Tirai Bambu itu telah berkurang. Jumlahnya turun dari lonjakan permintaan sebesar 96 persen pada 2022 menjadi naik sebesar 36 persen pada 2023. Akibatnya, raksasa baterai CATL mengalami penurunan laba untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun. 

Salah satu cara terbaik untuk menciptakan lebih banyak permintaan adalah dengan membuat produk Anda lebih murah. Hal itulah yang melatarbelakangi janji pemotongan biaya dari CATL dan BYD. 

Anda mungkin bertanya-tanya bagaimana hal itu mungkin terjadi. Salah satu tantangan utama dalam peralihan ke mobil baterai-listrik adalah sumber bahan bakunya. Masa depan listrik bergantung pada rantai pasokan yang layak untuk mineral penting seperti litium, nikel, tembaga, kobalt, dan unsur tanah yang langka. 

Hingga saat ini, bahan kimia utama baterai EV dibuat dari empat bahan yaitu litium, nikel, mangan, dan kobalt. Ini juga dikenal sebagai baterai NMC. 

Jika Anda dapat menghindari atau meminimalkan penggunaan mineral yang mahal atau kontroversial, Anda dapat memangkas biaya. Itu sebabnya perusahaan China seperti CATL memonopoli pasar bahan kimia lainnya, baterai litium besi fosfat (LFP). 

Baterai ini lebih murah karena tidak mengandung kobalt. Manfaat lainnya adalah masa pakai yang lebih lama dan risiko kebakaran yang lebih kecil dibandingkan bahan kimia baterai litium tradisional, sedangkan kelemahannya adalah memiliki kapasitas dan tegangan yang lebih rendah. 

Sementara itu, harga litium karbonat melonjak enam kali lipat antara 2020 dan 2022 di China sebelum turun pada tahun lalu. Meskipun demikian, harga baterai terus turun, hanya saja tidak sebanyak yang seharusnya terjadi. 

 

Permintaan litium yang sangat besar di dunia telah menyebabkan pertumbuhan pasokan yang kuat, karena para penambang berebut mencari sumber baru. CTL, misalnya, menghabiskan 21 miliar dolar Australia atau sekitar Rp 21,6 triliun untuk ekstraksi litium di Bolivia. Pertumbuhan pasokan litium diperkirakan akan melebihi permintaan sebesar 34 persen pada tahun ini dan tahun depan, sehingga akan membantu menstabilkan harga baterai. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement