EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) berupaya mengejar target inklusi keuangan sebesar 90 persen tahun ini. Bank sentral pun memiliki empat program utama guna mendorong peningkatan inklusi tersebut.
Deputi Gubernur BI Juda Agung menyebutkan, program pertama yakni pemberdayaan ekonomi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Termasuk melalui digitalisasi seperti QRIS.
Kedua, kata dia, lewat pembiayaan UMKM yang dinilai terus meningkat. Disebutkan, saat ini telah mencapai 33 persen.
Ketiga, sambungnya, perluasan edukasi dan literasi keuangan, terutama mengenai keuangan digital. Terakhir, upaya perlindungan konsumen, khususnya terkait konsumen yang diawasi BI dalam sistem pembayaran.
Juda optimistis, tingkat inklusi keuangan di Indonesia bisa mencapai 90 persen pada akhir tahun ini. Adapun pada 2023 inklusi keuangan tercatat sebesar 88,7 persen, angka tersebut lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang sebesar 85,1 persen.
Menurutnya, target 90 persen cukup baik. Itu karena pada 2000-an inklusi keuangan masih di level 60 persenan.
“Sekarang inklusi keuangan sudah 88,7 persen. Sebentar lagi 90 persen targetnya tahun ini, Insya Allah tercapai,” kata Juda usai Rapat Koordimasi Dewan Nasional Keuangan Inklusi di Jakarta, Jumat (22/3/2024).
Ia menjelaskan, DNKI tidak menargetkan tingkat inklusi keuangan sebesar 100 persen. Itu karena masih adanya permasalahan buta huruf di Indonesia, dan juga masih adanya masyarakat yang hidup dalam garis kemiskinan.
“Untuk jadi 100 persen orang dewasa kan nggak semua punya akun karena mungkin dia hidup di garis kemiskinan, masih buta huruf dan lainnya. 90 persen sudah luar biasa. Dulu 40 persenan pada 90-an atau 2000-an,” tutur Juda.