Senin 25 Mar 2024 15:04 WIB

Menperin: Beras Analog Sagu Bisa Jadi Alternatif Pangan Utama

Untuk pangan dalam negeri, pemerintah memenuhi dari sumber alternatif.

Red: Fuji Pratiwi
Pekerja memilah dan memotong pohon sagu untuk pengolahan tepung sagu, di Desa Pasi Aceh Tunong, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Minggu (31/1/2021).
Foto: SYIFA YULINNAS/ANTARA FOTO
Pekerja memilah dan memotong pohon sagu untuk pengolahan tepung sagu, di Desa Pasi Aceh Tunong, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Minggu (31/1/2021).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan beras analog sagu bisa menjadi pangan utama pengganti beras, terutama saat terjadi kelangkaan.

Agus mengatakan, hal itu karena Indonesia memiliki lahan sagu sebesar 5,5 juta hektare yang berpotensi menghasilkan pati sagu sebanyak 34,3 juta ton.

Baca Juga

Untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri saat ini pemerintah mengupayakan pemenuhan pangan dari sumber alternatif. "Sumber alternatif ini banyak, khususnya sagu, dan sagu berpotensi dikembangkan sebagai alternatif bahan pangan sumber karbohidrat utama," kata Agus di Jakarta, Senin (25/3/2024).

Agus mengatakan, selain bisa menjadi alternatif bahan pangan utama bagi masyarakat, beras analog sagu juga dinilai lebih sehat. Sebab, sagu mengandung pati resisten (resistant scratch) yang tinggi, serta indeks glikemik atau cepat atau lambatnya unsur karbohidrat dalam bahan pangan untuk meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh yang rendah. Sehingga hal itu baik untuk mencegah diabetes.

Agus menyampaikan, untuk mewujudkan hal tersebut Kemenperin selalu berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga (K/L) terkait guna memenuhi kebutuhan suplai bahan baku. "Jadi kalau industri-industri sudah siap yang berkaitan dengan sagu, yang sekarang kita harus persiapkan lagi adalah hulunya dari suplainya, suplai bahan baku sagu," kata dia.

Sebelumnya pada Jumat (8/3/2024) Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan tahun lalu Kemenperin bekerja sama dengan beberapa industri besar yang merupakan produsen pati sagu nasional untuk meningkatkan utilisasi produksinya.

Utilisasi produksi industri pati sagu nasional saat ini masih sangat rendah yaitu di bawah 30 persen. "Hal ini sebagai dampak dari keterbatasan industri untuk memperoleh bahan baku empulur sagu," kata Putu.

Ia mengatakan pemerintah bekerja sama dengan industri pati sagu untuk mengembangkan model bisnis industri dengan menggunakan sagu basah produksi UMKM sebagai bahan baku di industri tersebut. Pemanfaatan sagu basah UMKM dinilai mampu memperlambat proses oksidasi, sehingga jangkauan bahan baku industri tersebut semakin luas, serta bisa memberikan nilai tambah pada petani sagu.

 

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement