Senin 08 Apr 2024 19:38 WIB

TikTok: Populer di Kalangan Politisi, Dicurigai Sebagai Spionase

ByteDance menolak tuduhan TikTok digunakan untuk aktivitas mata-mata.

Red: Ferry kisihandi
Lambang TikTok terlihat di Los Angeles, Kalifornia, AS, 15 Februari 2024.
Foto:

Dengan pertimbangan soal keamanan data, tahun lalu Inggris dan Australia melarang TikTok digunakan pada telepon yang digunakan untuk bekerja oleh pegawai pemerintah. Namun, Menhan Inggris Grant Shapps mengabaikannya. 

Ketika pelarangan diumumkan, ia merespons dengan menayangkan di akun TikToknya potongan film tahun 2012, "Wolf of Wall Street" saat karakter yang diperankan Leonardo DiCaprio yakni Jordan Belfort menyatakan,"I'm not fucking leaving".

Shapps menyatakan tak pernah menggunakan TikTok pada perangkat pemerintah yang ia gunakan. TikTok memang tak bisa diabaikan begitu saja. Laporan Reuters Institute for the Study of Journalism tahun lalu menyatakan kini sedikit orang percaya pada media tradisional. 

Gantinya, mereka beralih ke TikTok untuk mendapatkan berita-berita terkini. Laporan ini menyebut pula, TikTok merupakan media sosial dengan perkembangan tercepat, digunakan oleh 20 persen responden berumur 18-24 tahun untuk mengakses berita. 

TikTok di AS juga marak meski mereka melakukan pelarangan di sejumlah negara bagian termasuk di tingkat federal dengan lolosnya RUU yang masih menunggu persetujuan dari Senat. Gubernur, lembaga negara baik bahkan Presiden Joe Biden punya TikTok. 

Mereka menggunakannya untuk menyampaikan pandangan dan tingkat keterpilihan pada pemilu mendatang. Targetnya sama dengan para politisi Eropa yaitu pemilih muda atau mereka yang menggunakan media sosial ini juga. 

Sebut saja Gubernur Pennsylvania dari Partai Demokrat, Josh Shapiro. Ia membuat akun pribadi. Ia dianggap rising star di partainya yang membangun citra pribadinya dan berpotensi menuju Gedung Putih pada 2028 menggunakan TikTok. 

‘’Tak begitu mengejutkan politisi begitu banyak memanfaatkan TikTok,’’ ujar Anupam Chander, visiting scholar pada Institute for Rebooting Social Media, Harvard University. ‘’Aplikasi ini bisa sangat personal,’’ katanya menambahkan. 

Orang melalui TikTok bisa berbagi video saat berjalan menuju Senat, bergembira saat meraih suara yang dibutuhkan atau bersedih saat gagal meraih suara mencukupi. ‘’Ini cara untuk mencapai orang dengan cara yang sangat personal,’’ ujarnya. 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement