Selasa 23 Apr 2024 13:35 WIB

Neraca Perdagangan Kembali Surplus, Kemenkeu Nyatakan Ekonomi Domestik Tetap Resilient

Surplus neraca perdagangan pada periode Januari-Maret mencapai 7,31 miliar dolar AS.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Lida Puspaningtyas
Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kemenkeu, Febrio Kacaribu
Foto: dokpri
Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kemenkeu, Febrio Kacaribu

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2024 kembali mengalami surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS. Angka itu memperpanjang capaian surplus neraca perdaganan Indonesia secara berturut-turut selama 47 bulan sejak Mei 2020. 

Nilai tersebut lebih tinggi sebesar 1,64 miliar dolar AS dibandingkan surplus neraca perdagangan pada Februari 2024. Angka itu pun lebih tinggi terhadap bulan sama pada 2023 yang tercatat sebesar 2,83 miliar dolar AS.

Baca Juga

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengatakan, secara kumulatif surplus neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari sampai Maret mencapai 7,31 miliar dolar AS.

“Capaian positif ini tentunya patut kita syukuri, di tengah ketidakpastian perekonomiam global, berlanjutnya surplus neraca perdagangan Indonesia menunjukkan ketahanan ekonomi domestik yang sangat baik,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa (23/4/2024).

Disebutkan, nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 tercatat sebesar 22,43 miliar dolar AS. Angka itu turun 4,19 persen year on year (yoy).

Hanya saja, kata dia, jika dibandingkan bulan sebelumnya, ekspor pada Maret 2024 meningkat 16,40 persen month to month (mtm), sejalan dengan peningkatan harga komoditas ekspor global sepanjang Maret, khususnya bagi komoditas batu bara dan logam mulia.

Jika dilihat secara sektoral, penurunan ekspor terjadi pada industri pertambangan, sedangkan industri pengolahan dan sektor pertanian masih tumbuh cukup baik sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi di negara mitra utama seperti AS dan India. 

Sementara, China sebagai mitra utama dengan share 22,44 persen terhadap total ekspor Indonesia, mengalami pertumbuhan yang terhambat akibat krisis properti yang juga berdampak pada termoderasinya aktivitas perdagangan Indonesia dan Tiongkok. Secara kumulatif, total ekspor pada periode Januari sampai Maret 2024 tercatat mencapai 62,20 miliar dolar AS, turun 7,25 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 67,06 miliar dolar AS.

Sementara, impor Indonesia pada Maret 2024 tercatat sebesar 17,96 miliar dolar AS atau turun 12,76 persen year on year (yoy). Itu didorong oleh menurunnya impor sektor nonmigas sebesar 16,72 persen (yoy) di tengah kenaikan impor sektor migas sebesar 10,34 persen (yoy).

Hanya saja, jika dilihat dari sisi volume, impor pada Maret 2024 masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,11 persen yoy. Kemudian berdasarkan golongan penggunaan barang, impor barang modal dan bahan baku penolong mengalami penurunan, sedangkan impor barang konsumsi meningkat seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat menjelang lebaran. 

Secara kumulatif, total impor Indonesia pada periode Januari sampai Maret 2024 tercatat mencapai 54,90 miliar dolar AS, turun sebesar 0,10 persen yoy dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yaitu 54,95 miliar dolar AS. Ke depan, kata dia, aktivitas ekonomi sepanjang 2024 masih akan diwarnai beragam tantangan yang akan menghambat aktivitas perdagangan global seperti tensi geopolitik dan fragmentasi ekonomi yang akan berpengaruh terhadap global supply chain, tekanan nilai tukar dan sektor keuangan, serta perlambatan ekonomi China sebagai negara mitra dagang utama Indonesia.

Sedangkan menurut World Economic Outlook (WEO) yang terbit pada April 2024 proyeksi pertumbuhan global untuk tahun 2024 sebesar 3,2 persen, masih berada di bawah rata-rata tahunan historis (2000–2019) yang mencapai 3,8 persen. Febrio menegaskan, pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan ekonomi global dan kondisi geopolitik termasuk konflik Iran-Israel terhadap ekspor nasional.

"Pemerintah juga akan menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA. Juga peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama,” jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement