EKBIS.CO, JAKARTA -- Produsen mobil listrik raksasa asal China, BYD, resmi menunda rencana pembangunan pabrik mereka di Chili. Pabrik tersebut rencananya akan digunakan untuk memproduksi bahan baku baterai untuk mobil listrik, yaitu lithium iron phosphate (LFP).
Rencana pembangunan pabrik di Chili oleh BYD ini pertama kali diumumkan oleh agensi pengembangan ekonomi Chili, CORFO, pada tahun lalu. Dalam pernyataan resmi mereka, CORFO menyatakan bahwa pabrik LFP untuk baterai mobil listrik ini rencananya akan mulai dibangun oleh BYD pada penghujung 2025.
Seperti diketahui, Chili merupakan negara penghasil lithium terbesar kedua di dunia. Oleh karena itu, BYD tak ragu untuk menginvestasikan sekitar 290 juta dolar AS atau Rp 4,6 triliun untuk pembangunan pabrik LFP di negara tersebut.
Chief of Americas BYD, Stella Li, menyatakan bahwa BYD belum bisa memastikan kapan proyek pembangunan pabrik tersebut akan dilanjutkan. Li juga mengindikasikan adanya ketidakpastian dan kerumitan di balik proyek pembangunan pabrik tersebut.
"Rencana tersebut telah ditunda karena ada banyak ketidakpastian," tutur Li dalam sebuah sesi wawancara di Reuters pada Senin (20/5/2024).
Di sisi lain, CORFO mengungkapkan bahwa mereka masih berkomunikasi dengan BYD untuk meminta lebih banyak informasi. CORFO pun menuturkan bahwa BYD telah mencapai kesepakatan dengan pemerintah dalam penentuan harga preferensial untuk litium karbonat berkelas baterai.
Sebagai produsen mobil listrik berbiaya rendah, BYD juga memproduksi banyak komponen dan sistem otomotif untuk mobil listrik yang mereka buat. Elemen paling mahal dalam pembuatan sel baterai mobil listrik adalah katoda.
Ada dua bahan baku yang bisa digunakan untuk membuat katoda. Salah satu di antaranya adalah nikel kobalt mangan. Sedangkan bahan baku lainnya adalah LFP.
Bila proyek pembangunan pabrik di Chili akan berlanjut, pabrik tersebut akan didirikan di wilayah utara Antofagasta. Pabrik ini diprediksi mampu memproduksi 50 ribu metrik ton LFP untuk katoda per tahun menurut CORFO.