Pada saat yang sama, harus dibarengi komitmen investasi pelaku usaha. Ia mengakui tensi geopolitik sedang memanas. Indonesia memiliki kepentingan untuk menjaga ketahanan negara, dalam hal ini energi.
"Critical mineral adalah industri yang strategis karena menyangkut keamanan bangsa," ujar Pahala.
Ia menerangkan, Indonesia memiliki sikap tidak memihak dan terus memperkuat diplomasi dengan berbagai negara. Dengan begitu diharapkan upaya pemerintah untuk menggenjot program hilirisasi nikel di dalam negeri dapat berjalan dengan baik.
Sayangnya, di tengah upaya tersebut, rencana Indonesia dijegal oleh Uni Eropa hingga Amerika Serikat (AS). Ini tentang gugatan di WTO dan penerapan Undang-Undang Inflation Reduction Act (IRA).
Pahala mengatakan hubungan perdagangan Indonesia dan Amerika Serikat (AS) saat ini nilainya mencapai 20 miliar dolar AS. Oleh sebab itu, dalam kaitannya dengan nikel, pemerintah tengah mendorong Critical Mineral Agreement (CMA).
"Jadi yang ingin kita lakukan adalah bagaimana Indonesia bisa memiliki critical mineral agreement dengan AS," ujar wamenlu.
Ia menyadari jumlah investasi critical mineral masih terbatas. Oleh karena itu, Pahala mendorong agar investasi di sektor ini dapat masuk prioritas.