Ahad 30 Jun 2024 14:00 WIB

Smelter Freeport Beroperasi, Bukti Nyata Komitmen Hilirisasi

Indonesia mampu memenuhi kebutuhan katoda tembaga global.

Rep: Frederikus Bata / Red: Satria K Yudha
Smelter Freeport di KEK Java Integrated Industrial and Port Estate, Gresik, Jawa Timur, resmi beroperasi.
Foto:

Indonesia bisa menduduki peringkat lima besar global sebagai penghasil katoda tembaga dunia. China masih mendominasi produksi katoda tembaga dengan rerata produksi 12 juta ton, Chile sebesar 2 juta ton dan Kongo sebesar 1,9 juta ton. 

MIND ID pun siap mendorong pengembangan mineral strategis dan mineral kritis Indonesia di tengah kondisi tantangan geopolitik saat ini. "Kita harus bisa berkiprah di pasar global di aspek persaingan geopolitis ini. Kita juga harus terbuka terhadap mitra-mitra yang dapat saling memberikan manfaat," katanya. 

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan pembangunan smelter baru ini merupakan komitmen PTFI mendukung kebijakan hilirisasi mineral tembaga yang dicanangkan pemerintah. Selanjutnya, tembaga akan sangat dibutuhkan oleh dunia. Negara lain sedang berlomba dalam transisi energi.

"Apa yang dicanangkan Presiden Jokowi dalam IUPK untuk membangun satu smelter baru lagi adalah intuisi yang tepat. Permintaan tembaga dunia akan meningkat terus, mempercepat pembentukan ekosistem electric vehicle, mempercepat Indonesia emas," ujar Tony.

Peresmian operasi smelter PTFI berlangsung di depan area Tangki Asam Sulfat. Ditandai dengan penekanan tombol sirine dimulainya operasi smelter yang dilanjutkan dengan penandatanganan prasasti.

Smelter baru PTFI mampu memurnikan konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi 1,7 juta ton. Selain menghasilkan katoda tembaga, smelter juga menghasilkan lumpur anoda yang selanjutnya dimurnikan di Precious Metal Refinery (PMR) menjadi emas dan perak batangan, serta Platinum Group Metals (PGM).

Hingga akhir Mei 2024, investasi PTFI untuk pembangunan smelter tembaga dengan desain single line terbesar di dunia ini telah mencapai 3,67 miliar dollar AS atau sekitar Rp 58 triliun.

Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, didampingi Presiden Direktur PTFI Tony Wenas meresmikan beroperasinya smelter PTFI di gresik ini. Acara peresmian berlangsung pada Kamis (27/6/2024).

"Pabrik ini extraordinary. Luar biasa dalam waktu 30 bulan sejak kita groundbreaking oleh pak Presiden bisa (selesai pembangunan) tepat waktu. Ini luar biasa,” kata Menko Bidang Perekonomian.

Pembangunan smelter Freeport, jelas Airlangga,  bagian dari perjanjian Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Proses pembangunan berlangsung tepat waktu dimana saat ini telah mulai beroperasi dan berproduksi pada Agustus hingga mencapai kapasitas penuh pada Desember 2024. 

Senada dengan Meenko Perekonomian, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyampaikan rasa syukur atas beroperasinya smelter Freeport. Pasalnya proses pembangunannya menghadap sejumlah tantangan.

Dia mengungkapkan, pembangunan smelter PTFI bukan sesuatu yang mudah, terutama ketika dihadapkan pada pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu. Namun pada akhirnya semua berjalan sesuai rencana.

"Ini perjalanan panjang. Saya tahu betul membangun smelter ini tidak gampang, sempat mau digeser, dinamikanya minta ampun. Pada 2021, saat kita putuskan segera membangun, ada pandemi Covid-19. Namun kita bisa sama-sama menyaksikan smelter ini (mulai beroperasi)," ujar Bahlil.

Menurutnya, hal itu membuktikan manajemen Freeport mewujudkan komitmen untuk mengimplementasikan syarat IUPK. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang diwakili Plt Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Bambang Suswantono mengatakan, Kementerian ESDM memonitor dan memantau pembangunan smelter Freeport.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement