Kamis 11 Jul 2024 13:20 WIB

Hubungan Arab Saudi dan Rusia Makin Mesra, Faktor Ekonomi Jadi Kunci?

Sejak 1926, Uni Soviet menjadi negara pertama yang menjalin hubungan dengan Saudi.

Rep: Eva Rianti / Red: Gita Amanda
 Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) berbincang dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan), (ilustrasi)
Foto:

Kemajuan hubungan ekonomi

Kemajuan ekonomi tidak diragukan lagi merupakan faktor pendorong di balik hubungan Saudi-Rusia. Sebagai hasil dari persaingan geopolitiknya saat ini dengan negara-negara Barat, Moskow menganggap Riyadh sebagai mitra penting dalam membentuk sektor energi global. Dan dengan demikian meningkatkan produk domestik bruto (PDB), yang merupakan hal yang penting mengingat pembatalan kontrak energi dengan negara-negara Barat dan sanksi yang dikenakan terhadap negara-negara Barat.

Pada saat yang sama, Saudi telah mengikuti kebijakan luar negeri nasionalis baru, dengan mengutamakan prioritas mereka sendiri, terutama ekonomi. Hal ini memungkinkan terbentuknya hubungan yang saling menguntungkan dengan Moskow.

Kesepakatan OPEC+, yang dipimpin oleh Rusia, Arab Saudi, dan UEA pada Oktober 2022 serta April dan Juni 2023, telah membantu meningkatkan pendapatan energi. Hasil dari kesepakatan ini –yang landasannya dinegosiasikan selama kunjungan resmi kedua pemimpin– menjadi sangat penting bagi Rusia. 

Pada Januari 2023, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak menyatakan, pendapatan dari minyak dan gas telah meningkat sebesar 28 persen pada 2022. Kompleks bahan bakar dan energi juga mengambil peran utama dalam pembentukan PDB Rusia pada 2023 (lebih dari 27 persen) . PDB Arab Saudi juga meningkat, dari 874 miliar dolar AS pada 2021 menjadi 1,1 miliar dolar AS pada 2022 dan 1,3 miliar dolar AS pada tahun lalu.

Arab Saudi berperan penting dalam diversifikasi ekonomi Rusia di bawah sanksi Barat. Bagi Riyadh, perjanjian tersebut sesuai dengan inisiatif diversifikasinya. Misalnya, ekspor produk pertanian Rusia ke Kerajaan Arab Saudi meningkat sebesar 49 persen pada 2022, mendekati 1 miliar dolar AS.

Arab Saudi telah diundang untuk bergabung dengan kelompok BRICS, di mana Rusia memainkan peran penting bersama dengan Tiongkok, Brazil, India, dan Afrika Selatan. Daripada mempertimbangkan keputusan untuk bergabung dengan blok tersebut sebagai keputusan politis, tampaknya Arab Saudi lebih memprioritaskan keuntungan ekonomi. Menteri Luar Negeri Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan bahwa BRICS adalah 'saluran yang bermanfaat dan penting' untuk memperluas kolaborasi ekonomi.

Para pejabat Rusia pun mengapresiasi posisi tersebut. Dalam pidatonya di Majelis Federal pada Februari, Putin mencatat: 'Negara-negara BRICS, dengan mempertimbangkan negara-negara yang baru-baru ini menjadi anggota asosiasi ini (Argentina, Mesir, Iran, Ethiopia dan UEA), akan menyumbang sekitar 37 persen pendapatan global. PDB (pada 2028), sedangkan angka G7 akan turun di bawah 28 persen'.

Singkatnya, landasan yang dibangun oleh para pemimpin saat ini dalam beberapa tahun terakhir akan membawa dinamika positif lebih lanjut dalam hubungan Saudi-Rusia, dan hal ini akan menimbulkan diversifikasi. Selain hard power, kedua negara juga bisa mendapatkan manfaat dari soft power sebagai mekanisme kolaborasi.

Rusia dapat lebih diintegrasikan ke dalam program diversifikasi ekonomi Saudi yang dikenal sebagai Visi 2030. Misalnya, Rusia dapat menjadi tuan rumah forum bilateral 'Rusia dalam Visi Saudi 2030' bagi para pemangku kepentingan bisnis dan investasi, dengan pameran mengenai potensi industri di wilayah Rusia dan Arab Saudi.

Soft power tools

Selain itu, penggunaan soft power agama juga bisa berperan. Ini adalah salah satu tujuan Visi 2030 untuk menjadikan dunia muslim sebagai pusat perhatian. Lebih banyak hal yang bisa dilakukan oleh wilayah muslim Rusia dalam membangun hubungan. Rusia tahun lalu meluncurkan program percontohan perbankan dan keuangan Islam, sehingga bank-bank Saudi bisa mendapat izin untuk melaksanakan operasi ini.

Selain itu, olahraga dapat menjadi soft power tool. Dana Investasi Publik Arab Saudi memiliki Newcastle United F.C. dan mungkin tertarik untuk berinvestasi di berbagai olahraga, termasuk di Rusia. Misalnya, tim hoki es Traktor yang berbasis di Chelyabinsk bisa menjadi target, dengan tujuan menjadikan tim yang didukung Saudi menjadi pemimpin di Liga Hoki Kontinental.

Mengingat budaya sebagai alat soft power, Hari Nasional Saudi –23 September– mungkin dirayakan dengan acara budaya di Rusia, dan sebaliknya. Selain kesepakatan ekonomi, inisiatif ini akan membantu memajukan integrasi politik dan budaya kedua negara. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Advertisement
Advertisement