Penurunan suku bunga oleh The Fed, seiring berjalannya waktu, akan mengurangi biaya pinjaman konsumen untuk hal-hal seperti hipotek, pinjaman mobil, dan kartu kredit.
Keadaan perekonomian telah menarik perhatian masyarakat AS, seiring dengan semakin intensifnya kampanye presiden. Meskipun inflasi telah melambat tajam, menjadi 3 persen dari 9,1 persen pada 2022, harga-harga masih jauh di atas tingkat sebelum pandemi.
Perlambatan ekonomi tahun ini mencerminkan, sebagian besar, tingginya suku bunga pinjaman untuk pinjaman rumah dan mobil, kartu kredit, dan banyak pinjaman usaha yang diakibatkan oleh serangkaian kenaikan suku bunga yang agresif oleh The Fed.
Kenaikan suku bunga The Fed –di antaranya pada 2022 dan 2023– merupakan respons terhadap peningkatan inflasi yang dimulai pada musim semi 2021 ketika perekonomian pulih dengan kecepatan yang tidak terduga akibat resesi Covid-19, sehingga menyebabkan kekurangan pasokan yang parah. Invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 memperburuk keadaan dengan menaikkan harga energi dan biji-bijian yang menjadi andalan dunia. Harga melonjak di seluruh negeri dan dunia.
Para ekonom telah lama memperkirakan bahwa biaya pinjaman yang lebih tinggi akan membawa AS ke dalam resesi. Namun perekonomian tetap berjalan dengan baik. Konsumen, yang pengeluarannya menyumbang sekitar 70 persen PDB, terus membeli barang-barang, didorong oleh pasar kerja yang kuat dan tabungan yang mereka kumpulkan selama lockdown akibat Covid-19.
Perlambatan pada awal tahun ini sebagian besar disebabkan oleh dua faktor, yang masing-masing faktor tersebut dapat sangat bervariasi dari kuartal ke kuartal, yakni lonjakan impor dan penurunan persediaan bisnis. Kedua tren tersebut tidak mengungkapkan banyak hal mengenai kondisi kesehatan perekonomian.