EKBIS.CO, BALI -- Bank Indonesia (BI) menanggapi soal pergerakan nilai tukar mata uang rupiah yang sempat mengalami kelesuan pada momen terjadinya demonstrasi besar-besaran menolak RUU Pilkada pada Kamis (22/8/2024). BI mengaku tetap optimistis bahwa rupiah bisa menguat karena menilai bahwa faktor gonjang ganjing politik berdampak relatif lebih kecil dibandingkan fundamental ekonomi.
Asisten Gubernur Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono merefleksikan kondisi demonstrasi baru-baru ini dengan gerakan demonstrasi pada 1998 yang menurutnya cukup berbeda. Dia menyebut, pengaruh perkembangan politik saat ini terhadap pasar tidak sebesar pada masa reformasi dulu.
Menurut hematnya, dibandingkan dampak terhadap ekonomi atas kondisi demonstrasi besar-besaran pada 1998, kondisi pasar saat ini lebih memfokuskan pada ekonomi Indonesia yang lebih kokoh terhadap global. Yang mana pertumbuhan ekonomi masih tumbuh di kisaran 5 persen, padahal terjadi perlambatan ekonomi global, lalu juga inflasi yang terjaga di kisaran 2 persen.
“Sekarang dengan lebih kokoh ekonomi Indonesia relatif terhadap global ya harusnya itu akan lebih diperhatikan investor global maupun domestik,” kata Erwin dalam acara pelatihan wartawan media massa nasional semester II 2024 di Bali, Jumat (23/8/2024).
Erwin menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi yang masih resilien dan inflasi yang bergerak di jalurnya dianggap menunjukkan sustainability kondisi perekonomian Indonesia. Sehingga angka-angka itu tidak diragukan menjadi fundamental ekonomi yang baik, termasuk bagi pergerakan rupiah. Karena kalau tidak, seyogianya faktor lain seperti gonjang ganjing politik berpengaruh para pergerakan mata uang Garuda khususnya pergerakan modal.
Selain fundamental ekonomi yang dinilai kuat menopang pergerakan rupiah, Erwin juga menilai ada alasan lain kondisi eskalasi politik yang terjadi pada Kamis (22/8/2024) tidak begitu besar memengaruhi rupiah. Yakni kedewasaan para investor dalam menanggapi kondisi politik di Indonesia.
“Bisa jadi memang market dan masyarakat secara umum mulai sadar bahwa gonjang-ganjing politik yang pada akhirnya berpulang pada ekonomi kita tahan atau tidak tahan. Dan fakta bahwa kemarin tidak terlalu berpengaruh mungkin menunjukkan kedewasaan kita terhadap gejolak politik,” terangnya.
“Artinya kita belajar banyak di dalam dua dekade ini bagaimana pengaruh politik itu pada akhirnya lebih sedikit pengaruhnya ketimbang faktor ekonomi. Dan itu yang dilihat market,” tegasnya.
Diketahui, pada hari dimana Badan Legislatif (Baleg) DPR menyetujui revisi UU Pilkada yang berujung demonstrasi besar-besaran pada Kamis (22/8/2024), rupiah ditutup melemah 100 poin atau 0,65 persen menjadi Rp15.600 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya di Rp15.500 per dolar AS.
Namun, pada Jumat (23/8/2024), rupiah kembali mengalami penguatan. Mata uang Garuda ditutup menguat 108 poin atau 0,69 persen menuju level Ro15.492 per dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat. Hal itu seiring dengan keputusan Baleg DPR yang akhirnya membatalkan revisi RUU Pilkada tersebut. Eva Rianti