EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut kelas menengah merupakan salah satu penyumbang utama dari pengeluaran konsumsi rumah tangga. Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan kontribusi kelas menengah terhadap konsumsi rumah tangga relatif tinggi.
"Pada 2023, jumlah kelas menengah Indonesia itu mencapai 48,27 juta orang atau sekitar 17,44 persen dari total populasi Indonesia," ujar Amalia saat konferensi pers bertajuk "Menjaga Daya Beli Kelas Menengah sebagai Fondasi Perekonomian Indonesia" di kantor BPS, Jakarta, Jumat (30/8/2024).
Amalia menyebut kelas menengah selama ini menjadi bantalan ekonomi Indonesia, termasuk saat menghadapi pandemi covid-19. Amalia mengatakan kelas menengah memiliki sifat fast spender dan big spender yang terbukti memperkokoh perekonomian dari sisi permintaan atau konsumsi rumah tangga.
"Kalau kita lihat kontribusinya terhadap PDB, kelas menengah dan aspiring middle class atau menuju kelas menengah memberikan kontribusi terhadap konsumsi rumah tangga sebesar 81,49 persen," ucap Amalia.
Amalia mengatakan jumlah kelas menengah tercatat menurun pascapandemi, namun jumlah penduduk menuju kelas menengah mengalami kenaikan. Amalia mengatakan jumlah kelas menengah Indonesia pada 2023 sebesar 17,44 persen atau 2024 sebesar 17,13 persen lebih rendah daripada jumlah kelas menengah pada 2019 yang sebesar 21,45 persen.
Artinya ada penurunan jumlah kelas menengah sebesar 4,32 persen. Jumlah tersebut sekitar 12 juta orang penduduk Indonesia, dengan asumsi jumlah penduduk Indonesia sekitar 280 juta orang.
"Pada 2024, jumlah penduduk kelas menengah dan menuju kelas menengah sebanyak 185,35 juta orang atau 66,35 persen, ini lebih sedikit daripada 2019 yang sebanyak 186,18 juta orang atau 69,65 persen dari total penduduk," sambung Amalia.
Amalia menyebut penurunan jumlah kelas menengah imbas dari pandemi covid-19. BPS, lanjut Amalia, telah memperkirakan hal ini terjadi akibat perlambatan ekonomi yang terjadi saat pandemi covid-19.
"Semoga efeknya ini tidak berjalan lama dan kalau nanti kebijakan akan terus dilakukan oleh pemerintah, ini akan bisa pulih tentunya seperti sebelum pandemi covid-19," kata Amalia.