Dalam konteks kebijakan moneter, Bank Indonesia telah mengambil langkah progresif dengan menurunkan suku bunga acuan, yang bertujuan untuk melonggarkan kondisi moneter. Namun, upaya ini juga perlu didukung oleh kebijakan fiskal yang strategis dan terarah.
Sedangkan dari sisi fiskal, penting bagi pemerintah untuk mengoptimalkan realisasi belanja yang tidak hanya efisien tetapi juga target spesifik yang dapat langsung mendukung peningkatan daya beli. Hal ini bisa meliputi program bantuan sosial yang lebih terfokus atau subsidi yang dirancang untuk mengalokasikan sumber daya secara lebih efektif kepada mereka yang membutuhkan.
“Terutama kalau kita bicara konteks di sisa tahun ini, realisasi belanja pemerintah saya kira juga akan ikut baik langsung maupun tidak langsung memengaruhi target pertumbuhan ekonomi setidaknya untuk 2024,” imbuh Yusuf.
Pada Selasa (5/11), Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan nilai PDB mencapai 4,95 persen (yoy) pada kuartal III 2024.
“Ekonomi Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto pada kuartal III 2024 atas dasar harga berlaku Rp5.638,9 triliun, atas dasar harga konstan Rp3.279,6 triliun, sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2024 jika dibandingkan kuartal III 2023 atau secara year-on-year tumbuh sebesar 4,95 persen,” ujar Amalia Adininggar Widyasanti.