EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan penerbitan surat utang korporasi pada 2025 akan mencapai Rp 155 triliun. Prediksi ini didorong oleh kebutuhan refinancing yang tinggi dan obligasi jatuh tempo yang mencapai Rp 132 triliun. Namun, obligasi korporasi menghadapi tantangan besar dari persaingan dengan Surat Utang Negara (SUN) dan Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Direktur Utama Pefindo Irmawati Amran menjelaskan, penerbitan obligasi korporasi akan berkisar Rp 139 triliun hingga Rp 155 triliun. "Kebutuhan refinancing tahun depan diperkirakan mencapai Rp 150-155 triliun, sehingga mendorong penerbitan surat utang," ujarnya dalam Media Forum beberapa waktu lalu.
Namun, pemerintah juga berencana menerbitkan SUN hingga Rp 750 triliun pada 2025, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun ini yang sebesar Rp 400 triliun. Ekonom Pefindo, Suhindarto menilai, kompetisi ketat dengan SUN membuat investor lebih memilih aset bebas risiko seperti obligasi pemerintah.
"SUN memiliki profil risiko lebih rendah dan tingkat pengembalian yang kompetitif, menjadikannya pilihan utama dalam kondisi pasar global yang penuh ketidakpastian," kata Suhindarto.
Selain persaingan dengan SUN, obligasi korporasi juga menghadapi tantangan dari volatilitas pasar dan meningkatnya premi risiko akibat ketegangan geopolitik global. Risiko gagal bayar di sektor konstruksi masih menjadi perhatian, dengan penerbitan obligasi hingga November 2024 hanya mencapai Rp 537,34 miliar akibat kasus gagal bayar yang marak.
Oleh karenanya, sektor multifinance diharapkan menjadi pendorong utama penerbitan obligasi korporasi pada 2025. Hingga November 2024, sektor ini mencatat penerbitan sebesar Rp 30,52 triliun, dan diproyeksikan meningkat didukung pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta kebijakan pelonggaran moneter.
Untuk bersaing dengan SUN, perusahaan penerbit obligasi perlu menawarkan kupon lebih menarik atau tenor yang fleksibel. Strategi ini diharapkan dapat menarik minat investor dan menjaga daya saing obligasi korporasi di tengah tekanan pasar.