EKBIS.CO, JAKARTA--Hasil survei daring (dalam jaringan) The Nielsen Company menunjukkan bahwa konsumen Indonesia paling hirau terhadap pendidikan anak serta kesejahteraan dan kebahagiaan orang tua.
Menurut Direktur Eksekutif Riset Konsumen Nielsen Indonesia Catherine Eddy di Jakarta, Selasa (29/6), perhatian konsumen Indonesia terhadap kedua hal itu yang tertinggi di kawasan Asia Pasifik.
Survei Nielsen menunjukkan, perhatian utama 14 persen konsumen Indonesia dalam enam bulan mendatang adalah pada pendidikan dan kesejahteraan anak. Angka itu lebih tinggi dari rata-rata persentase konsumen Asia Pasifik yang menjadikan pendidikan dan kesejahteraan anak sebagai perhatian utama, yakni sembilan persen.
Konsumen Indonesia yang menjadikan kebahagiaan dan kesejahteraan orang tua sebagai perhatian utama juga mencapai 13 persen, lebih tinggi dari angka rata-rata di negara Asia Pasifik yang hanya empat persen.
Tak seperti konsumen di Asia Pasifik yang menyatakan kekhawatiran terbesar mereka adalah ekonomi, Catherine menjelaskan, di Indonesia ekonomi merupakan kekhawatiran kedua bagi konsumen.
"Menariknya, di Indonesia ekonomi merupakan kekhawatiran kedua bagi konsumen. Prioritas utama mereka adalah keseimbangan antara pekerjaan/kehidupan, ekonomi diperingkat kedua dan diikuti pendidikan anak dan kebahagiaan dan kesejahteraan orang tua," katanya.
Menurut hasil survei daring Nielsen terhadap 5.050 konsumen pengguna Internet di Indonesia 8 hingga 26 Maret 2010, perhatian utama 18 persen konsumen pada keseimbangan pekerjaan dan kehidupan, 17 persen ke ekonomi, dan diikuti 14 persen ke pendidikan anak dan 13 persen kebahagiaan dan kesejahteraan orang tua..
Sementara konsumen Asia Pasifik, ketika ditanya mengenai kekhawatiran terbesar mereka, 20 persen menyatakan kekhawatiran terhadap Ekonomi, 14 persen terhadap keseimbangan kehidupan/pekerjaan, dan 11 persen terhadap kesehatan.
Selain itu hasil survei Nielsen juga menunjukkan, pada kwartal pertama tahun 2010 sebanyak 70 persen konsumen Indonesia yang disurvei menggambarkan prospek pekerjaan mereka sebagai hebat atau bagus, lebih tinggi dibanding rata-rata di wilayah Asia Pasifik (57 persen).
Konsumen Indonesia, menurut dia, terlihat optimistis pada kondisi keuangan mereka 12 bulan ke depan dan berencana untuk menggunakan uang sisa untuk memanjakan diri.
Hasil survei menunjukkan, 39 persen konsumen berencana mengeluarkan lebih banyak untuk liburan, dan 24 persen untuk pakaian. Sementara jumlah konsumen yang akan mengeluarkan uang mereka untuk membayar pinjaman atau hutang turun menjadi 28 persen dari 30 persen pada kwartal ketiga tahun 2009.
"Telihat bahwa konsumen Indonesia mulai mengendurkan pengeluaran mereka dengan adanya kenaikan keinginan mereka untuk berbelanja di produk-produk dari kategori kesenangan," kata Catherine.
Ia menjelaskan pula bahwa seiring dengan sentimen positif mengenai prospek pekerjaan, 46 persen konsumen Indonesia berpikir bahwa saat ini adalah saat yang baik untuk membeli barang-barang yang mereka inginkan atau butuhkan.