EKBIS.CO, JAKARTA--Pemerintah mempertimbangkan untuk melakukan impor beras dari Vietnam dan Thailand untuk mengisi kekosongan gudang Bulog. Secara umum, impor beras itu untuk menjaga ketahanan pangan dalam negeri. Bulog tidak menyimpan beras dalam jumlah optimal di gudangnya.
“Untuk memperkuat stok pangan, pilihannya impor. Sesuatu yang bisa saja dilakukan,” kata Menteri Pertanian Suswono di Kantor Presiden, Senin (4/10). Suswono menyampaikan hal itu ketika ditanya langkah pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan.
Suswono menambahkan, saat ini beras yang tersimpan di gudang Bulog hanya 1,8 juta ton. Padahal, Bulog bisa menampung beras di atas 3 juta ton karena kapasitas gudang Bulog bisa mencapai 3,8 juta ton. Hal itu terkait dengan tingginya harga beli gabah karena cuaca.
"Bulog ini memang momennya dulu seharusnya beli pada bulan Maret April ketika panen raya saat itu, tetapi alasannya waktu itu di kualitas. Harga bisa dicapai melalui HPP (Harga Pembelian Pemerintah), tapi dari sisi kualitas jelek," katanya. Alasan itu, kata Suswono, membuat momentum pembelian gabah hilang.
"Nah, kalau sekarang harga sudah di atas HPP terus, Bulog jelas tidak mungkin karena satu instrumen harga," kata Suswono. Menurut dia, keadaan itu akan evaluasi apakah kebijakan satu harga tepat sebab ada usulan ada baiknya kalau HPP itu disesuaikan dengan kualitas beras.
Sebelum sampai ke situ, kata Suswono, peran komersil Bulog itu yang harus dioptimalkan dulu. "Karena Bulog itu kan baru 10 persen peran komersilnya, kan Bulog diberikan dua fungsi, ada PSO (Public Service Obligation) untuk melayani raskin itu. Kedua, Bulog sendri bisa berfungsi seperti pedagang biasa beras, seperti swasta," kata Suswono.
Artinya, ujar dia, Bulog bisa membeli dengan harga berapa saja dan menjual, sehingga kalau menguntungkan tentu Bulog menjual beras. "Ini yang menurut saya seharusnya ini dulu dilakukan karena Bulog sudah dikasih instrumen yang namanya Unit Pengolahan Gabah dan Beras UPGB," kata Suswono.