EKBIS.CO, JAKARTA--Kementerian Pertanian memprediksi produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) pada tahun depan akan mencapai 22-23 juta ton. Moratorium Norwegia pun belum akan mempengaruhi produksi CPO di 2011.
Direktur Tanaman Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Mukti Sarjono, mengatakan moratorium Norwegia belum akan mempengaruhi produksi CPO karena tanaman tersebut memiliki jangka waktu tumbuh 4-5 tahun. “Untuk produksi kelapa sawit pada 2011 masih akan bagus sekitar 22-23 juta ton karena produksinya berasal dari pohon yang sudah kita tanam, Moratorium itu nanti baru akan ada pengaruhnya pada 2014-2015,” kata Mukti disela-sela Roundtable Meeting on Sustainable Palm Oil di Hotel Mulia, Selasa (9/11).
Pada 2010 ia memprediksi produksi CPO akan mencapai 21 juta ton. Sementara itu, Vice President RSPO, Derom Bangun, memperkirakan CPO yang dihasilkan dari perusahaan kelapa sawit bersertifikat akan meningkat 20-30 persen pada 2011. “Jumlahnya diprediksi akan meningkat tahun depan karena saat ini ada sekitar 12 perusahaan yang sedang dalam proses mau diaudit untuk mendapat sertifikasi RSPO di Indonesia,” ujarnya.
Saat ini produksi CPO dari perusahaan kelapa sawit bersertifikat sebanyak 3,2 juta ton, dimana Indonesia menyumbang 1 juta ton per tahun. Di antara sejumlah perusahaan yang memperoleh sertifikasi adalah London Sumatera, Musim Mas Grup, PTPN III. Sertifikat RSPO diberikan kepada petani atau perusahaan yang mendukung operasi perkebunan secara nerkelanjutan dan pengelolaannya memenuhi kaidah ramah lingkungan.
Pada akhir 2010 RSPO memperkirakan kapasitas produksi yang disertifikasi akan mencapai 3,5 juta ton per tahun, atau sekitar 7,5 persen dari semua kapasitas produksi minyak sawit. Kapasitas produksi RSPO minyak sawit berkelanjutan yang bersertifikasi ini meningkat sejak program sertifikasi dimulai Agustus 2008.
Dibandingkan dengan produksi global sebesar 46 juta ton per tahun, 6,5 persen dari total produksi minyak sawit saat ini adalah yang bersertifikat RSPO, meningkat sebesar 3,2 persen dari tahun lalu. RSPO pun berusaha memperluas jangkauannya pada lebih dari tiga juta petani kecil di Indonesia dan Malaysia untuk bersama mengelola sekitar 20 persen lahan yang saat ini digunakan untuk budidaya kelapa sawit.