EKBIS.CO, JAKARTA--PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menganggarkan belanja modal sebesar 464 juta dolar AS untuk tahun depan. Rencananya belanja modal tersebut salah satunya akan digunakan untuk pembelian alat berat guna menunjang produksi batubara. "Capex (belanja modal) kita tahun depan sebesar 464 juta dolar AS," kata Corporate Secretary ADRO, Andre J. Mamuaya saat ditemui dalam Investor Summit and Capital Market 2010 di Jakarta, Rabu (10/11).
Dia merinci, dari total belanja modal tersebut sebesar 100 juta dolar AS sebagai pengeluaran rutin. Selanjutnya sebesar 158 ditambah 108 juta dolar AS untuk alat berat. Sisanya 54 juta dolar AS untuk keperluan power plant.
Sementara itu, sepanjang semester pertama 2010, belanja modal ADRO sebesar Rp 1,08 triliun. Perseroan menggunakan sebagian dana capex-untuk membayar uang muka pembelian alat-alat pertambangan. "Saat ini kita memiliki fasilitas pinjaman utang sebesar 500 juta dolar AS. Tapi, kita punya dana kas sebesar 700 juta dolar AS. Jadi, kalau ditotal sebesar 1,2 miliar dolar AS," ungkap Andre.
Jika tahun ini ADRO merevisi target kapasitas produksinya dari 45-46 juta ton per tahun menjadi 42-43 juta ton per tahun. "Tahun depan kami tidak akan merevisi target. Untuk tahun depan, target produksi kami sekitar 46-48 juta ton per tahun. Mudah-mudahan tidak meleset," ujar Andre.
Dengan adanya penurunan target produksi batubara ini, ia tidak menampik bahwa laba bersih ADRO akan sedikit merosot. Andre memperkirakan laba bersih perseroan akan menurun 40 persen.
Sebelumnya diketahui karena curah hujan yang abnormal, ditambah kenaikan biaya penambangan yang disebabkan oleh peningkatan nisbah kupas dan jarak angkut lapisan penutup yang lebih jauh, laba bersih ADRO turun 43 persen menjadi 186 juta dolar AS atau setara Rp 1.696 miliar. Begitu juga dengab laba bersih per saham turun menjadi Rp 53 dari Rp 109,9 miliar.
Berbicara volume penjualan batubara tahun depan, Andre mengatakan cukup optimis. Dia memaparkan, sekitar 30 persen dari volume produksi sudah fix price mengacu pada indeks. Sedangkan sebesar 70 persen masih harus dinegosiasikan.