EKBIS.CO, JAKARTA--umlah kredit perbankan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terancam terkena dampak meletusnya Gunung Merapi menurut catatan Bank Indonesia mencapai Rp81,96 miliar atau 0,61 persen dari total kredit perbankan di DIY sebesar Rp13,5 triliun. Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi A Johansyah di Jakarta, Senin, mengatakan, kredit yang berpotensi terkena dampak bencana itu berasal dari bank umum sebesar Rp32,767 miliar dan BPR Rp49,195 miliar. "Jumlah itu belum menghitung data kredit BRI dan BCA yang masih dikumpulkan," katanya.
Bank Indonesia (BI) juga mencatat, jumlah kantor bank umum dan BPR yang terkena dampak bencana masih nihil, meski terdapat tujuh kantor cabang pembantu dan kantor kas bank umum yang masih mengajukan perpanjangan permohonan ijin untuk tutup sementara atau dipindahkan operasionalnya, dan terdapat lima BPR belum di buka dan sebagian melakukan operasi terbatas.
Selain itu, BI juga memperkirakan kerugian materiil langsung maupun tidak langsung cukup besar, antara lain di sektor pertanian sub-sektor tanaman hortikultura semusim, perkebunan salak, perikanan, dan peternakan terganggu dengan prakiraan total kerugian mencapai Rp247 miliar terutama pada salak pondoh yang rugi Rp200 miliar.
Terdapat sekitar 900 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Sleman dari 2.500 UMKM untuk sementara berhenti total. Kebanyakan usahannya adalah peternakan, hortikultura dan kerajinan. Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, menginformasikan pada Senin ini bahwa jumlah ternak yang mati akibat erupsi merapi mencapai Sejumlah 1.961 ekor. Dari jumlah itu, sapi perah yang mati mencapai 1.780 ekor, sapi potong 147 ekor, kambing atau domba 34 ekor. Sedangkan di sektor perikanan jumlah ikan mati sekitar 1.272 ton.
Di sektor transportasi udara, menurut Difi penutupan Bandara Adisucipto sampai dengan 15 November menyebabkan jumlah penerbangan dan jumlah penumpang pesawat turun. Terdapat 23 penerbangan domestik dan 3 penerbangan internasional per hari terhenti atau diperkirakan terdapat pengurangan jumlah penumpang sekitar 58.300 penumpang selama 11 hari dengan rata-rata 5.300 penumpang.
Untuk transportasi darat, juga mengalami pukulan karena jumlah kunjungan wisatawan turun drastik yang mengakibatkan rental mobil yang biasanya ramai menjadi sepi. Sektor pariwisata, hotel dan restoran menurun tajam karena banyak acara yang semula akan dilaksanakan di Yogyakarta dialihkan pelaksanaannya, sementara tingkat hunian hotel turun 70 persen dari rata-rata tingkat hunian 70 persen menjadi 30 persen.
"Hal ini memberikan dampak pada penurunan penjulan produk kerajinan, usaha kuliner, usaha transportasi turun, dan lain-lain," katanya.