EKBIS.CO, JAKARTA-–Kementerian Pertanian memperoleh anggaran Rp 100 miliar untuk mendukung peningkatan produktivitas tebu pada tahun depan. Anggaran tersebut meningkat dari sebelumnya yaitu Rp 20 miliar.
Direktur Budidaya Tanaman Semusim Kementerian Pertanian, Agus Hasanudin, mengatakan anggaran itu diantaranya digunakan untuk bantuan bibit dan perluasan lahan tebu upaya untuk mengurangi impor gula dan meningkatkan produksi dalam negeri. Ia menambahkan jumlah gula di level internasional yang saat ini minim dan mendongkrak harga gula internasional membuat upaya peningkatan produksi dalam negeri terus didorong.
“Selain di dalam negeri Indonesia belum penuhi kebutuhan, gula di luar negeri juga langka karena India terjadi kekeringan sehingga gula sedikit, yang tadinya eksportir jadi importir, dan di Brasil lahan tebu yang luas diubah untuk produksi bioetanol karena Eropa sedang musim dingin jadi perlu bahan bakar banyak,” kata Agus kepada Republika, Rabu (24/11).
Ia menambahkan agar impor gula dapat dikurangi, pihaknya pun mendorong produktivitas tebu melalui pembuatan irigasi, bantuan bibit kultur jaringan, dan perluasan lahan. Upaya itu, lanjutnya, juga dilakukan untuk mencapai swasembada gula 5,7 juta ton pada 2014. “Pencapaian swasembada gula ini juga dengan catatan Kementerian Kehutanan siap menyediakan lahan yang bisa digunakan untuk tebu,” ujar Agus.
Pasalnya untuk mencapai swasembada gula dibutuhkan luas lahan 750 ribu sampai satu juta hektar. Saat ini luas areal tebu baru 436 ribu hektar. Tim dari Kementan dan Kemenhut pun, lanjutnya, terus berkoordinasi dan kini sedang inventarisasi lahan yang cocok ditanami tebu.
Upaya investasi pabrik gula baru untuk peningkatan produksi, ungkap Agus, juga direncanakan di sejumlah wilayah seperti Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, jambi, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, Merauke. “Sekarang setidaknya ada 30 investor yang menyatakan minatnya untuk mengembangkan tebu, tapi nanti akan kita lihat lagi keseriusan mereka sekaligus ketersediaan lahan tebu,”tukas Agus.
Ia menambahkan investor yang datang berasal dari luar negeri dan dalam negeri, tetapi pihaknya akan tetap memprioritaskan investor dalam negeri. Ia mengungkapkan produksi gula pada tahun ini mengalami penurunan akibat iklim yang tak menentu, dari 2,6 juta ton pada 2009 diperkirakan menjadi 2,3 juta ton.
Penurunan produksi tanaman pangan akibat cuaca yang tak menentu memang membuat harga di pasaran naik, termasuk gula yang kini harganya di atas Rp 10 ribu per kilogram. Direktur Pemasaran Domestik Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Kementerian Pertanian, Gardjita Budi, mengatakan harga komoditas di pasaran memang menunjukkan peningkatan karena produksi komoditas pangan dunia ada penurunan.
Selain itu, negara yang biasanya melakukan ekspor pun kini punya kebijakan yang mementingkan kebutuhan dalam negerinya. “Untuk gula misalnya, stok produksi nasional belum mencukupi dan langkah impor sekarang juga belum jelas,” kata Gardjita. Secara umum, ia menuturkan komoditas pangan ada penurunan terutama tanaman sayur, tanaman butiran (beras, gandum) karena iklim yang tak menentu, termasuk gula.