EKBIS.CO, SURABAYA-- Konflik di Libya dan Yaman diyakini memengaruhi pasokan minyak dunia ke pasar internasional, terutama Indonesia karena goncangan politik di kedua negara tersebut bisa meluas ke negara-negara Arab lain.
"Indonesia mendapatkan pasokan minyak mentah dari beberapa negara Arab sekitar 30 persen dari total impor sebesar 350.000 bph," kata Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi), Sofyano Zakaria, Rabu.
Menurut dia, selama ini impor minyak mentah Indonesia dari negara Arab mayoritas didatangkan dari Arab Saudi sekitar 125.000 bph. "Bahkan, konflik tersebut bisa meningkatkan harga minyak dunia," ujarnya.
Jika kondisi tersebut terjadi, ia menyarankan, Pemerintah Pusat segera melakukan negosiasi dan meminta kepada "Kontraktor Production Sharing/KPS" yang ada di Indonesia agar menjual minyaknya. "Langkah tersebut perlu diambil sebagai upaya antisipasi, jika konflik di negara Arab semakin mengurangi ketersediaan minyak mentah dunia ke Indonesia," katanya.
Kalau pemerintah tidak segera mengambil sikap, ia memprediksi, kenaikan harga minyak mentah dunia akan berlangsung sekitar empat bulan hingga enam bulan ke depan.
"Situasi tersebut juga akan berdampak terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)," tuturnya.
Selain itu, ia mengaku, kondisi tersebut bisa tidak akan berpengaruh terhadap ketersediaan minyak mentah ke Tanah Air, bila Pemerintah Pusat sudah melakukan antisipasi tertentu. "Semisal, mengupayakan agar ketahanan ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) dapat cukup untuk sekitar empat bulan hingga enam bulan mendatang," ujarnya.
Di sisi lain, tambah dia, sampai sekarang ketahanan persediaan Bahan Bakar Minyak nasional hanya diperkirakan mampu memasok pasar selama 21 hari. "Untuk itu, ada baiknya Pemerintah Pusat segera memprioritaskan pembangunan Terminal Transit atau Depo Penimbunan Bahan Bakar Minyak," katanya, menyarankan.