Senin 27 Feb 2012 19:34 WIB

Kisah Yogi Tyandaru, Konsep Ibadah dan Dagang (II)

Rep: lilis sri handayani/ Red: M Irwan Ariefyanto
fajar toserba
Foto: imultidimensi.wordpress.com
fajar toserba

EKBIS.CO, Setelah merasakan berbagai posisi yang ada di Fajar Toserba, Yogi akhirnya mendapat kepercayaan ayah mertuanya. Dia diberi proyek besar senilai Rp 8,9 miliar untuk membuka cabang Fajar Toserba di daerah Luragung, Kabupaten Kuningan. Dengan luas tanah dua hektare dan bangunan seluas 5.000 meter persegi, Yogi diharuskan membuka toserba sendiri. Padahal, dia tidak memiliki pengalaman bikin toko. Dia pun harus mengalami susahnya menghadapi birokrasi dan pejabat, termasuk preman yang tinggal di wilayah tokonya. ‘’Bapak sengaja tidak memberi tahu trik-triknya, saya diharuskan menjalaninya sendiri,’’ kata Yogi.

Namun, dari beragam kesulitan itu, Yogi akhirnya punya pengalaman membuat toko. Bahkan, Fajar Toserba saat ini sudah memiliki 15 cabang dan 400 orang karyawan yang tersebar di wilayah Kuningan dan sekitarnya. Sekitar dua atau tiga tahun mendatang, dia akan menerapkan sistem franchise.

Menurut Yogi dalam mengembangkan Fajar Group, ada tiga konsep yang sejak dulu diterapkan ayah mertuanya. Yakni, pengembangan wilayah dan pembangunan daerah, dakwah dan ibadah, serta profit. Ketiga konsep itu sangat jauh berbeda dengan konsep yang dikembangkan para pelaku bisnis ritel lainnya.

‘’Kreatifnya kami ya disitu,’’ ujar Yogi.

Untuk pengembangan wilayah dan pembangunan daerah, konsep yang diterapkan Fajar Toserba meniru ‘samudera biru’ yang luas. Maksudnya, mendirikan sebuah toserba tidak harus di tengah kota. Selain sesak, juga menimbulkan kemacetan. Karena itu, pengembangan Fajar Toserba selalu di pinggir kota.Namun, sebelum mendirikan toserba, hal pertama yang dibangun terlebih dulu adalah masjid. Setelah itu, mendatangkan ustadz untuk mengajari masyarakat di sekitarnya mengenai agama. Tak lupa, dibangun pula kios-kios kecil yang disewakan dengan harga murah kepada masyarakat setempat. Para penyewa kios pun dijadikan sebagai mitra. Karenanya, pengembangan Fajar Group tidak akan membuat warung-warung kecil gulung tikar. Justru sebaliknya. Daerah yang sepi menjadi berkembang. Di saat itulah, baru Fajar Toserba kemudian didirikan. ‘’Dengan menerapkan ketiga konsep itu, maka dimanapun ada Fajar Toserba, maka daerah yang sepi akhirnya jadi kota kecamatan yang ramai,’’ tegas Yogi.

Untuk menjaring konsumen, Yogi pun membidik masyarakat menengah ke bawah. Dengan demikian, masyarakat kecil yang hanya memakai sandal jepit dan turun darii angkot pun tidak malu belanja di Fajar Toserba. Yogi pun membiasakan pengamalan ibadah dalam kehidupan sehari-hari kepada para karyawannya. Namun, caranya bukan dengan perintah lisan. Berbagai amalan ibadah, dia contohkan secara langsung dalam bentuk tindakan nyata. Misalnya, setiap adzan solat berkumandang, dia akan berhenti beraktifitas dan bergegas menuju masjid untuk solat berjamaah. Melihat hal itu, karyawannya secara otomatis akan ikut serta.

Meski kini telah mereguk keberhasilan, namun Yogi merasa itu bukan semata-mata karena perannya. Menurut dia, pembuka keberhasilannya yang pertama adalah rido Allah. Dia menilai, usahanya dalam mengembangkan Fajar Toserba hanya bernilai 10 persen. Sedangkan 90 persen lainnya, adalah pertolongan dari Allah. ‘’Selalu ada intervensi dari Allah sehingga bisa berhasil,’’ tegas Yogi.

Yogi mengaku, bisnis ritel yang digelutinya selalu memiliki masa surut. Setiap tahun, masa surutnya mencapai tiga sampai empat bulan. Namun, hal itu diatasinya dengan cara berhemat di saat masa-masa ramai, yakni lebaran dan liburan.

Tak hanya mengalami masa surut, bisnis ritel juga mendatangkan persaingan yang sangat keras. Namun, untuk menghadapinya, Yogi memiliki lima strategi. Pertama, menyediakan berbagai kelengkapan barang yang dibutuhkan masyarakat sekitar. Bahkan, dia menyediakan catatan kepada konsumen mengenai barang-barang yang mereka butuhkan. Tak hanya itu, barang-barang yang dijualnya pun 90 persen adalah produk lokal.

Strategi kedua, menerapkan harga bersaing. Jika ingin memberikan diskon, maka akan langsung diberikan tanpa terlebih dulu menaikan harganya terlebih dulu. Ketiga, display toserba yang menarik. Keempat, tecnology sevice dan human service. Semua karyawan Fajar Toserba, diajarkan untuk selalu akrab, ramah, dan memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen. Kelima, kebersihan dan kenyamanan. ‘’Maju dan mundurnya usaha sudah ditentukan Allah. Kita hanya tinggal berusaha saja supaya tidak tertinggal.’’

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement