EKBIS.CO, JAKARTA -- Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) tidak takut bersaing dengan bank syariah dalam memberikan pinjaman di sektor mikro. Pasalnya bank syariah memiliki level yang berbeda dengan BMT dalam memberikan pinjaman.
"Level mikronya berbeda," tutur Ketua Asosiasi BMT Indonesia (Absindo), Aries Muftie, kepada Republika, usai menjadi pembicara dalam Dialog Mendorong Pengembangan Ekonomi Syariah sebagau Keunggulan Daya Saing Ekonomi Indonesia dalam Peradaban Global, Kamis (28/6).
Bank tidak mau memberi pinjaman kepada nasabah yang penghasilannya hanya 10 dolar per hari. Sedangkan BMT masih mau memberi pinjaman kepada anggota yang penghasilannya dua dolar per hari. Selain itu hitungan mikro yang ada di bank adalah pembiayaan dengan nilai Rp 50-100 juta. Sedangkan BMT masih berani memberikan pinjaman dengan nilai Rp 100.000.
Untuk membuka sebuah cabang, sebuah bank memerlukan dana lebih dari Rp 1 miliar, lanjut Aries. Jumlah ini belum termasuk gaji dan operasional pegawai. Cabang ini secara berkala dievaluasi dan harus mencapai target tertentu. Bagi bank hal ini tidak mudah bila membuka di lokasi yang tidak strategis. Di sinilah keunggulan BMT yang tidak dimiliki oleh bank.
Simpulan ini menunjukkan BMT tidak perlu takut dengan gempuran bank syariah yang kini banyak masuk ke sektor mikro. BMT justru mengajak bank bekerja sama dalam menggarap sektor mikro agar pengembangan ekonomi suatu wilayah dapat dilakukan secara bersinergi.
Bank tidak perlu membuka gerai-gerai mikro. "Sebagai gantinya cukup BMT," ujar Aries.
Di Indonesia saat ini jumlah BMT sudah lebih dari 5.500. Kebanyakan tersebar di wilayah urban dan perdesaan. Namun Aries mengakui belum semua desa memiliki BMT. Padahal keberadaan BMT sangatlah penting bagi pengembangan usaha-usaha kecil yang ada di satu desa.