EKBIS.CO, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution mengatakan kebutuhan penyederhanaan mata uang atau redenominasi diperkirakan terus meningkat. Khususnya terkait dengan peningkatan efisiensi.
Dengan redenominasi, jumlah digit Rupiah menjadi lebih sederhana. Sehingga akan terjadi peningkatan efisiensi di sektor keuangan dan sektor riil.
Redenominasi juga akan membuat penyelesaian dan pencatatan transaksi lebih singkat dan lebih murah.
"Yang memperbesar kerisauan Indonesia adalah nilai nominal transaksi bayar membayar terbesar di BI dalam sistem real time gross settlement (RPGS) meningkat hingga tiga kali lipat dalam tiga tahun terakhir," kata Darmin dalam konsultasi publik redenominasi di Jakarta, Rabu (23/1).
Akhir 2012, nilai nominal transaksi melalui RTGS mencapai Rp 404 triliun per hari. Jumlah ini meningkat 187 persen dibandingkan Rp 141,9 triliun per hari pada 2009.
Artinya, kata Darmin, ada sistem yang berat pada sistem informasi keuangan ke depan. Pasalnya, jika nilai nominal RTGS meningkat, maka semua perbankan di Indonesia juga akan mengalaminya.
Selama ini, Rupiah dipersepsikan bernilai sangat rendah dibandingkan negara lain di ASEAN. Pecahan Rp 100 ribu yang saat ini berlaku menempati posisi kedua terbesar di ASEAN setelah Vietnam dengan denominasi terbesar 500 ribu.
"Jika Vietnam sudah menyiapkan redenominasinya, maka Indonesia akan mengambil posisi paling terbelakang," ujar Darmin.