Rabu 06 Feb 2013 18:50 WIB

Pemerintah Tambah Alokasi Gas Domestik

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Nidia Zuraya
KIlang LNG (ilustrasi)
KIlang LNG (ilustrasi)

EKBIS.CO,   JAKARTA -- Pemerintah meningkatkan alokasi gas alam cair (liquified natural gas/LNG) untuk konsumen domestik. Bahkan di 2013 ini, setidaknya terdapat lima proyek gas yang akan menyumbang kebutuhan LNG bagi pasar dalam negeri hingga 2025 nanti.

Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik, surat keputusan sudah dikeluarkan. "Dengan mempertimbangkan pasokan LNG yang sampai saat ini belum memenuhi kebutuhan gas bumi dalam negeri dan kurangnya pasokan gas bumi untuk ketahanan energi, penambahan alokasi gas ini dibuat," katanya pada wartawan dalam konferensi pers, Rabu (6/2) petang.

Proyek pertama yang akan menyalurkan gasnya ke dalam negeri adalah proyek LNG Tangguh di Papua. Dari LNG Tangguh yang batal diekspor ke Sempra AS, pemerintah sudah memerintahkan BP selaku operator Lapangan gas Tangguh, untuk menyalurkan 20 kargo LNG  per tahun ke pasar dalam negeri.

Dari proyek kilang LNG train 3 Tangguh, pemerintah juga memerintahkan BP untuk mengalokasikan 40 persen LNG ke pasar domestik. Selain itu, dari Blok Mahakam yang dikelola Total E&P, domestik akan mendapat ekses (sisa) kargo hingga 16 buah, dari hasil produksi blok gas tersebut.

Berikutnya, dari proyek gas di Lapangan Jangkrik dan East Jangkrik yang dikelola ENI Muara Bakau Ltd, domestik bakal mendapatkan tambahan 137 kargo. Di 2016 domestik mendapat 14 kargo, dari 2017 hingga 2022 domestik mendapat 18 kargo per tahun, lalu di 2023 sebanyak tujuh kargo dan di 2024 hingga 2025 bakal ada empat kargo per tahun.

Dari proyek gas Chevron IDD di Selat Makassar, domestik juga akan mendapat sekitar 236 kargo. Sebanyak 50 kargo per tahun akan diberikan dari 2017 hingga 2019, 30 kargo per tahun dari 2020 sampai 2021, 16 kargo di 2022 dan 10 kargo di 2023.

Sebagian kargo akan disalurkan ke terminal gas terapung regasifikasi unit (floating storage regasification unit/FSRU) yang sudah ada yakni FSRU Jawa Barat.  FSRU yang berada di Teluk Jakarta tersebut dapat memiliki kapasitas tampung LNG hingga 500 juta kaki kubik (MMSCFD).

Sedangkan sisanya, ujar Jero, akan didistribusikan ke FSRU lain yang kini tengah dalam pembangunan yakni FSRU Jawa Tengah, Lampung dan Banten. Lalu sebagian pula akan disalurkan ke terminal darat LNG Arun yang baru akan jadi 2015 nanti.

Sementara itu Dirjen Migas Kementerian ESDM A Edy Hermantoro mengatakan pihaknya sudah membagi porsi kargo bagi tiap-tiap terminal LNG. "Tiap terminal berbeda-beda," ujar dia.

Untuk FSRU Jawa Barat misalnya dari 2013 hingga 2025 nanti, pasokan gas bakal sebanyak 27 kargo per tahun. Sedangkan untuk FSRU Jawa Tengah, pasokan gas bakal bervariasi yakni enam kargo di 2012, 16 kargo per tahun dari 2016 hingga 2018, 22 kargo per tahun dari 2019 sampai 2022, 16 kargo di 2023, dan delapan kargo per tahun dari 2024 sampai 2025.

FSRU Lampung juga akan mendapat pasokan LNG 10 kargo per tahun dari 2015 hingga 2025. Lalu FSRU Banten, enam kargo di 2015, 16 kargo per tahun dari 2015 hingga 2022, lalu delapan kargo 2023.

Khusus untuk terminal LNG Arun, di 2015 nanti, terminal tersebut akan mendapat pasokan LNG sebanyak delapan kargo. Setelahnya dari 2016 hingga 2025, terminal ini akan mendapat LNG sebanyak 16 kargo per tahun.

Pasokan LNG ke masing-masing FSRU dan terminal LNG diharapkan bisa mencukupi pasokan gas untuk pelanggan dalam negeri. Sebelumnya di 2012 ini, pemanfaatan gas masih didominasi industri hingga 42 persen, lalu PLN 21 persen, PGN sebanyak 20 persen, guna menaikkan lifting 14 persen, lalu gas kota dan transportasi nol.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement