EKBIS.CO, JAKARTA -- Kenaikan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) dinilai akan memengaruhi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013. Demikian diungkapkan Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro.
"Tentu pengaruh paling besar ke anggaran dibandingkan semua variabel," tutur Bambang di Jakarta, Senin (11/2).
Dalam asumsi makro APBN 2013, harga ICP ditetapkan sebesar 100 dolar AS per barel. Pada Januari 2013 harga ICP mencapai 111,07 dolar AS per barel. Harga ini mengalami kenaikan 4,17 dolar AS per barel dari harga sebelumnya pada Desember 2012 yang tercatat 106,90 dolar AS per barel.
Kenaikan harga ICP seiring dengan kenaikan harga minyak mentah minas (Sumatera Light Crude/SLC) yang mencapai 115,95 dolar AS per barel. Akibatnya terjadi peningkatan harga hingga 6,94 dolar AS per barel dibandingkan harga pada Desember 2012 yang menyentuh 106,90 dolar AS per barel.
Menurut Bambang, kenaikan ICP memengaruhi APBN dari sisi defisit anggaran. Ia menyebut angkanya dapat melebihi target yang ditetapkan dalam APBN.
Pemerintah telah menetapkan defisit anggaran pada APBN 2013 sebesar 1,65 persen dari produk domestik bruto (PDB). "Belum dihitung, tapi (defisit) akan lebih dari yang dianggarkan APBN," ujar Bambang.