EKBIS.CO, JAKARTA -- Sejumlah perusahaan negara menggenjot pembangunan terminal penampungan gas alam cair (floating storage regasification unit/FSRU). PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Persero misalnya, secara resmi memulai pembangunan bagian dasar kapal (kell laying) FSRU Lampung.
Menurut Direktur Utama PGN Hendi Prio Santoso pembangunan dilakukan di galangan kapal Hyundai Heavy Industri di Ulsan Korea Selatan."Dengan dimulainya konstruksi ini, kami berharap pembangunan FSRU bisa kelar pertengahan 2014 nanti," katanya, Kamis (28/2).
Seiring dengan penyelesaian FSRU Lampung, Hendi mengatakan perseroan juga membuat jaringan distribusi gas. PGN bakal membangun pipa sepanjang 88 kilometer (km) dan infrastruktur distribusi lain agar konsumen bisa menyerap pasokan gas.
“Penggunaan gas bagi industri terbukti lebih efisien dan memberikan nilai tambah maksimal bagi perekonomian nasional,” jelasnya. Dengan beroperasinya FSRU Lampung pasokan gas untuk sektor industri, komersial dan juga rumah tangga di Lampung dan Jawa Barat akan bisa ditingkatkan.
Tahapan keel laying merupakan proses lanjutan dari pengerjaan steel cutting atau pemotongan lembaran baja yang sudah dilakukan sebelumnya. Setelah tahapan keel laying selesai, proses pengerjaan FSRU akan berlanjut ke pembangunan mooring system, lalu off-take station (OTS), dan onshore receiving facilities (ORF).
Proyek FSRU Lampung memiliki kapasitas 240 juta kaki kubik (million metric standard cubic feed day/mmscfd) dan menghabiskan biaya investasi senilai 250 hingga 300 juta dolar AS. Dalam pembangunannya, PGN bekerjasama dengan Hoegh LNG Ltd dari Norwegia dan PT Rekayasa Industri.
FSRU Lampung merupakan FSRU kedua yang dibangun oleh PGN. Sebelumnya, sebagai penyalur dan distributor gas nasional, PGN melalui PT Nusantara Regas membangun FSRU Jawa Barat yang telah beroperasi tahun 2012. Nusantara Regas merupakan perusahaan patungan antara PGN dan Pertamina. Dalam kerja sama tersebut, PGN memiliki 40 persen saham Nusantara Regas.
Hal senada juga ditegaskan Direktur Gas Pertamina Hari Karyuliarto. Perseroan itu mengaku sudah mulai melakukan pembebasan tanah di akhir 2012 dengan biaya mencapai Rp 80 miliar.
Soal pasokan pun, ia menuturkan pemerintah sudah memberi pasokan yang cukup untuk FSRU yang rencananya selesai 2014 ini. "Cuman kita masih harus menindaklanjuti pasokannya darimana saja," katanya.