EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Pembangunan Asia (ADB) mencatat negara di kawasan Asia harus mengelola utang secara memadai dan mengembangkan pasar obligasi lokal untuk mendukung stabilitas ekonomi serta mencegah krisis finansial.
Hal tersebut diungkapkan ADB dalam keterangan pers tertulisnya mengenai perkembangan seminar Forum Pengelolaan Utang untuk Kawasan Asia yang berlangsung 19-21 Maret 2012, di Jakarta, Selasa (19/3).
Forum yang diselenggarakan Kementerian Keuangan Republik Indonesia bersama dengan ADB diikuti oleh pemangku kepentingan dalam bidang pengelolaan utang di kawasan Asia dan membahas isu penting terkait perkembangan manajemen pengelolaan utang.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo dalam sambutannya mengatakan situasi yang dialami negara di kawasan Asia saat ini membuktikan, komposisi dan struktur pengelolaan utang yang tepat dapat menjadi bantalan untuk mengatasi risiko krisis finansial.
"Adanya tata kelola dalam pasar obligasi pemerintah, yang dikombinasikan dengan pilihan akses pembiayaan dari lingkungan global dan lembaga pembiayaan internasional, dapat memastikan adanya dukungan fiskal untuk mendukung perekonomian domestik," kata Agus.
Sementara, Wakil Presiden ADB untuk Keuangan dan Manajemen Risiko, Thierry de Longuemar menyatakan komitmen untuk mendukung inisiatif negara Asia dalam memperluas pasar obligasi lokal, karena sangat penting untuk menyalurkan dana tersebut kepada investasi yang produktif.
"ADB menyediakan dukungan inisiatif untuk mengembangkan pasar obligasi lokal dan menyediakan dana untuk area penting, seperti infrastruktur. Ini termasuk dukungan untuk Inisiatif Pasar Obligasi Asia dan Dana Infrastruktur ASEAN," katanya.
Saat ini pasar obligasi lokal Asia telah berkembang pesat dalam sedekade terakhir dan relatif tahan terhadap guncangan eksternal setelah krisis yang melanda pada 1997-1998.
Pada akhir 2012, sembilan negara di kawasan Asia Timur memiliki dana senilai 6,5 triliun dolar AS atas kepemilikan obligasi lokal, dan Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki dana terbesar hingga 111 miliar dolar AS dari penerbitan obligasi.
Manajemen pengelolaan utang juga semakin meningkat karena pemerintah mampu menerbitkan surat utang dengan jatuh tempo yang lama, untuk mendukung skema pembiayaan yang lebih mudah dan murah.
Secara keseluruhan, Thierry menambahkan, kondisi perkembangan ekonomi di Asia saat ini lebih optimis, walaupun pemulihan ekonomi di Amerika Serikat, Eropa serta Jepang relatif lamban dan masih diliputi ketidakpastian.
"Prospek untuk kawasan ASEAN juga sangat menggembirakan, dan ini hal yang sangat positif untuk mewujudkan integrasi ekonomi pada 2015," katanya.