EKBIS.CO, NEW YORK -- Harga minyak dunia naik pada Rabu (20/3) atau Kamis (21/3) pagi waktu Indonesia, setelah secara tak terduga terjadi penurunan pada persediaan minyak Amerika Serikat (AS).
Harga juga diperkuat oleh langkah Bank Sentral AS, Federal Reserve, untuk mempertahankan program stimulusnya.
Harga minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April dijual seharga 92,96 dolar AS per barel, naik 80 sen dalam perdagangan di bursa New York Mercantile Exchange. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei ditutup pada 108,72 dolar AS per barel, atau naik 1,27 dolar AS.
Kenaikan harga itu terjadi saat Departemen Energi AS melaporkan bahwa persediaan minyak turun 1,3 juta barel dalam pekan yang berakhir 15 Maret. Jauh lebih rendah dari perkiraan para analis yang menetapkan angka 1,7 juta barel.
"Pada saat yang sama, laporan persediaan menunjukkan bahwa jumlah permintaan lemah," kata Andy Lebow, wakil presiden senior untuk energi berjangka di Jefferies Bache. Laporan itu mengatakan total permintaan minyak AS mencapai 17,77 juta barel per hari, turun 4,5 persen dari permintaan pekan lalu.
Para analis mengatakan rendahnya nilai tukar dolar AS juga mendukung harga minyak lebih tinggi. Karena minyak diperdagangkan dalam dolar AS, komoditas itu menjadi lebih murah bagi konsumen yang menggunakan mata uang kuat ketika dolar AS melemah. Sementara di saat bersamaan Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan kebijakan pelonggaran moneternya.
Seperti pasar lainnya, pasar minyak juga terus memantau krisis utang di Siprus, dengan pemerintah Siprus berupaya untuk menemukan cara-cara alternatif mengumpulkan dana guna mendapatkan pinjaman talangan dari Uni Eropa-IMF. David Bouckhout dari TD Securities mengatakan meski Siprus merupakan negara dengan skala ekonomi kecil, namun pasar tetap khawatir tentang dampaknya bagi zona euro.