EKBIS.CO, JAKARTA -- Kepala Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Lana Soelistianingsih menilai ekspektasi inflasi telah terjadi akibat rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Hal ini tergambar dari kenaikan sejumlah harga bahan pangan pokok di tataran masyarakat. Berdasarkan pengalaman 2005 silam, Lana menyebut kenaikan harga BBM dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 per liter akan menambah tekanan inflasi sekitar dua persen.
Dia menghitung, dengan inflasi hingga 2,32 persen untuk tahun kalender sampai April 2013, maka inflasi akan kembali naik 4,32 persen jika harga dinaikkan Rp 1.500 per liter."Itu kalau naik Rp 1.500. Tapi memang belum bisa diukur secara keseluruhan karena belum tahu naik berapa," kata Lana.
Dia menilai, proyeksi tingkat inflasi tujuh persen yang diutarakan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang PS Brodjonegoro wajar adanya.
Menurut Lana, waktu kenaikan harga BBM haruslah tepat. Dia menilai lebih baik pemerintah menaikkan harga sebelum Juli 2013. Sebab, adanya sejumlah momen penting pada Juli 2013 seperti tahun ajaran baru, puasa serta persiapan lebaran membuat harga-harga barang dan jasa mengalami kenaikan.
"Kalau dinaikkan Juli, inflasi bisa lebih dari 7,5 persen," ujar Lana. Beberapa waktu lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan kenaikan harga BBM akan dilakukan pada tahun ini.
Meskipun demikian, kenaikan harga baru diberlakukan setelah perluasan program kompensasi bagi masyarakat miskin disetujui oleh DPR. Perluasan itu akan diajukan dalam revisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013.