EKBIS.CO, PEKANBARU -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK-Migas) mengatakan produksi minyak bumi (minyak fosil) masih jauh dari keperluan menutupi kebutuhan bahan bakar minyak nasional.
Kepala Bagian Humas SKK-Migas, Elan Biantoro, mengatakan, saat ini kebutuhan BBM skala nasional mencapai 1,3 juta barel per hari sementara produksi minyak Indonesia hanya berkisar 827 ribu hingga 840 ribu barel per hari (bph). Itu artinya, ujar Elan, masih terjadi defisit sekitar 400 ribu hingga 500 ribu barel untuk menutupi kebutuhan energi khusus bahan bakar minyak nasional.
Dengan kondisi demikian, kata dia, sudah sewajibnya pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi guna menekan defisit anggaran selain sebagian untuk dialokasikan pada program kesejahteraan rakyat yang lebih tepat. "Untuk diketahui, bahwa impor BBM nasional setiap tahun juga terus meningkat. Kondisi ini tentu menjadi beban yang harus segera diatasi secara cermat. Salah satunya yakni dengan mengurangi nilai subsidi BBM tersebut," katanya, Jumat (14/6).
Pemerintah berencana menaikan harga BBM bersubsidi untuk jenis premium dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500 per liter dan harga solar dari Rp 4.500 menjadi Rp 5.500 per liter. Kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut rencananya dilakukan setelah pembahasan RAPBN-P 2013 selesai atau sekitar minggu ketiga pada Juni 2013.
Elan mengatakan, saat ini kondisi hulu minyak dan gas harus didukung dengan kondisi pemakaian masyarakat atau industri, mengingat produksinya juga terus mengalai penurunan setiap tahunnya. Menurut dia, untuk sektor migas, memang dipastikan produksinya akan terus mengalami penurunan dan tidak bisa ditanggulangi dengan cara apapun.
Hanya saja, ungkap Elan, pemerintah mencarikan solusi bagaimana agar penurunan hasil produksi itu dapat ditekan. "Semisal, kalau diprediksi akan terjadi penurunan hingga 10 persen pada tahun ini, maka SKK-Migas menargetkan penurunan produksi khusus minyak menjadi 5 persen. Namun harus kita syukuri, ternyata produksi tahun ini justru meningkat," katanya.
Dia menyebutkan, realisasi produksi minyak nasional selama empat bulan pertama 2013 mengalami peningkatan hingga mencapai 1,6 persen, yakni dari rata-rata 827 ribu barel per hari (bph) menjadi 840 ribu bph. Hal itu menurut dia dapat dicapai karena kerusakan peralatan dapat ditekan, laju penurunan produksi alamiah juga dapat ditahan serta dapat direalisasikannya kegiatan pengeboran yang lebih cepat dari jadwal dan adanya beberapa proyek minyak yang telah diselesaikan.