EKBIS.CO, JAKARTA -- Keputusan Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), menghentikan kebijakan quantitative easing (QE) atau pembelian aset dan surat berharga dari pasar finansial tidak hanya berimbas pada perekonomian Indonesia. Keputusan itu juga berdampak pada negara-negara berkembang (emerging market).
"Kan sudah terlihat semua pasar saham negara Asia terpukul. Perkiraannya ini akan berimbas ke semua negara dan mungkin makan waktu yang tidak pendek," ujar Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro di kantornya, Jumat (21/6).
Bambang memperkirakan, pengaruh kebijakan tersebut akan terasa paling tidak enam bulan ke depan. Oleh karena itu, Indonesia harus menjaga ketahanan perekonomiannya. Kalaupun ada dampak yang berat untuk emerging market, Bambang menyebut kompensasinya dapat berupa perbaikan ekspor. "Kalau perekonomian Amerika membaik, kan ekspor juga lebih bagus. Saya lihat seperti itu," kata Bambang.
Keputusan The Fed menghentikan QE tak lepas dari perbaikan perekonomian dalam negeri AS. Salah satu indikatornya terlihat dari menurunnya angka pengangguran di negeri Paman Sam.
Terkait reaksi pasar saat ini, ujar Bambang, tak lepas dari reaksi psikologis akibat adanya perubahan likuiditas. Namun, apabila perekonomian AS semakin membaik di semester dua nanti, maka pengaruhnya terhadap perekonomian global akan terasa. "Mudah-mudahan sentimen positif dari perbaikan ekonomi Amerika bisa menyeimbangkan," ujarnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa memastikan Indonesia telah bersiap mengantisipasi kebijakan The Fed. Koordinasi pemerintah dengan Bank Indonesia saat ini terus berjalan. Seluruh dunia, ujar Hatta, tentu akan mengalami dampak. "Tapi itu sifatnya sementara," kata Hatta.