EKBIS.CO, JAKARTA -- Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) mengambil sikap atas penolakan yang dilakukan terhadap daging impor oleh pedagang. Direktur Utama Bulog, Sutarto Alimoeso mengatakan akan memasarkan langsung daging impor melalui pasar murah di RT/RW dan kelurahan. "Kalau ada kelurahan yang minta, kita siapkan," ujarnya, Ahad (21/7).
Instruksi ini sudah dilayangkan sejak Jumat (19/7) lalu. Masyarakat menurutnya memang harus diberi pilihan dalam melakukan pembelian daging. Mereka bebas mau memberi daging impor ataupun produksi domestik. Ia memastikan bahwa daging yang diimpor dari Autralia sudah mencapai standar kebersihan dan rasa meskipun dalam bentuk daging beku.
Kini sekitar 20 ton daging Bulog sudah tiba di Indonesia. Bulog memperoleh daging dari pihak kedua, yaitu trader. Walaupun lebih mahal sedikit dibandingkan membeli di peternakan, harga daging tetap bisa dijual diatas Rp 75 ribu per kilogram (kg). Bulog mengaku kesulitan memperoleh daging dari pihak pertama yaitu peternakan. Pasalnya, peternakan telah melakukan kontrak dengan para trader.
Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan mengatakan penolakan terhadap daging impor hanya dilakukan di beberapa tempat. Pedagang yang telah bekerjasama dengan Rumah Potong Hewan (RPH) yang menjalin kerjasam dengan pasar mau menerima daging impor. "Hanya pasar terdefinisi, seperti Pasar Senen," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa ribuan pasokan daging Bulog akan kembali datang pekan depan. Pengapalan pertama akan dilakukan Senin (22/7) mendatang. Dengan begitu, tambahan daging impor akan tiba sekitar Jumat (26/7) atau Sabtu (27/7).
Gita mengatakan tambahan sebesar 3.000 ton pun belum cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional. Pemerintah pun sepakat untuk lagi-lagi mendatangkan daging impor tanpa batasan kuota hingga harga kembali stabil.
Nantinya, Kementerian Pertanian (Kementan) hanya diperkenankan untuk memberikan rekomendasi tahunan mengenai berapa jumlah kebutuhan daging. Kemendag mempunyai wewenang penuh untuk menentukan jenis daging, siapa yang menjadi importir daging dan berapa jumlah daging yang harus diimpor. "Mereka (Kementan) hanya memberi rekomendasi tahunan saja. Tapi yang menentukan apa, siapa dan berapa itu semestinya di Kemendag saja," lanjut Gita.
Kementan juga diharapkan untuk segera melayangkan rekomedasi teknis mengenai kebutuhan daging di 2014 pada bulan Oktober mendatang. Untuk 20 hari kedepan, kebutuhan daging untuk wilayah Jabodetabek sekitar 250 ton hingga 300 ton per hari. Dengan membenahi kebutuhan di Jabodetabek dan Jawa Barat, diharapkan stabilitas harga di seluruh daerah bisa tercapai.