Selasa 23 Jul 2013 13:39 WIB

Menkeu: Jangan Sampai Kita Kekeringan Likuiditas

Red: Nidia Zuraya
Chatib Basri
Foto: ANTARA
Chatib Basri

EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengimbau untuk menjaga likuiditas untuk meminimalisasi tekanan di pasar keuangan. "Jadi, kalau dilihat dari sini, turbulensi di pasar keuangan pasti terjadi, nilai tukar akan tertekan. Jadi yang harus dijaga nomor satu adalah bagaimana goncangan ini menjadi minimal dengan menjaga likuiditas," kata Chatib usai rapat koordinasi kepemilikan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (23/7).

Chatib menyebutkan penyerapan surat utang negara (SUN) dalam dua minggu terakhir mencapai Rp 9 triliun hingga Rp 10 triliun. "Ini artinya likuiditas ada. Kemarin, kita sudah keluarkan SUN senilai Rp 1 triliun. Jika cadangan dari foreign exchange, likuiditas juga ada," ucapnya.

Menurut dia, salah satu upaya menghindari krisis adalah meningkatkan likuditas. "Jika likuiditas ada, kemungkinan 'kekeringan' likuiditas bisa dihindari karena krisis dimulai dari likuiditas yang kering di semua negara. Jadi, krisis sulit terjadi," katanya.

Dia juga mengatakan telah berkoordinasi dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Bank Indonesia agar efek dari foreign exchange yang tipis tidak memukul nilai tukar rupiah hingga berdampak jauh.

Chatib menambahkan antisipasi dari sisi domestik bisa dilakukan dengan dibukanya jalur-jalur distribusi arus barang bahan pokok, seperti yang dilakukan beberapa waktu lalu terkait importasi daging dan bahan pokok lainnya. "Karena ekspektasi inflasi tinggi, itu mendorong nilai tukar menjadi terdepresiasi. Ini penting untuk membuka jalur distribusi dan arus barang makanan," ujarnya.

Dia menilai, jika distribusi bahan pokok tersebut dilakukan dengan baik, ekspektasi inflasi akan segera turun dan depresiasi rupiah akan mengecil serta tekanan SUN akan berkurang. "Jadi, tekanan nilai tukar tidak telalu tinggi dan dari sisi BI sudah menunjukkan gesturnya dengan menaikkan suku bunga 6,5 persen," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement