EKBIS.CO, JAKARTA -- Kenaikan bunga deposito di perbankan dapat memicu perpindahan dana dari pasar obligasi dan saham. Pengamat menilai kenaikan suku bunga simpanan LPS Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 6,25 persen untuk simpanan rupiah di bank umum akan memicu semua bank di tanah air untuk meningkatkan suku bunga depositonya. Sebelumnya, bunga deposito, terutama untuk special rate, di beberapa perbankan di tanah air telah meningkat seiring kenaikan suku bunga acuan BI Rate.
"Kenaikan bunga deposito yang serentak di perbankan akan menyebabkan capital inflow ke perbankan dari bond market (pasar obligasi) dan stock market (pasar saham)," ujar Ekonom PT Bank Internasional Indonesia, Tbk (BII), Juniman, Ahad (28/7).
Kondisi pasar modal dan obligasi yang tengah fluktuatif menjadi pertimbangan pemilik dana untuk mengalihkan simpanannya ke deposito. Ia mengatakan beberapa nasabah hanya menikmati keuntungan. Pemilik dana menjual obligasinya dan menyimpannya di deposito. Saat pasar obligasi maupun pasar saham relatif menarik, mereka akan menarik dananya kembali.
Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang diterbitkan Bank Indonesia (BI), dana pihak ketiga (DPK) dalam bentuk simpanan deposito dengan nilai dana kelolaan dalam bentuk rupiah mengalami kenaikan sebesar 13,7 persen menjadi Rp 1.266 triliun dalam setahunan. Perbankan berpotensi mengalami kenaikan DPK dari term deposit rupiah.
Selain dari perpindahan dana dari pasar saham dan obligasi, kenaikan DPK dalam bentuk simpanan deposito juga berasal dari dana individual. "Dari tabungan pindah ke deposito. Mereka menunggu pasar," ujar dia.
Sementara itu, untuk deposito berbentuk valuta asing (valas), hingga Mei 2013 pertumbuhannya sebesar 23,4 persen dalam setahunan menjadi Rp 224,9 triliun. "Saat ini suku bunga rupiah tinggi, tetapi rupiah terdepresiasi. Jadi menjadi semacam pertimbangan bagi orang masuk valas," ujar Juniman.
Nasabah, menurutnya, harus pintar menyimpan dananya. "Bunga deposito valas special rate 2,5 persen, sedangkan rupiah 8 persen untuk special rate. Selisihnya 5,5 persen. Begitu masuk valas, apakah rupiah akan terdepresiasi 5,5 persen. Kalau nasabah yakin, mereka akan menyimpan di valas untuk mendapatkan untung," ujar Juniman. Namun, nasabah juga harus dapat menerima kerugian jika rupiah sewaktu-waktu menguat.