EKBIS.CO, MANADO -- Sektor perikanan dan kelautan dinilai Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (SUlut) masih minim akses dengan kalangan perbankan. BI Perwakilan Sulut mendorong perbankan meningkatkan porsi kredit dan pembiayaan untuk sektor ini.
"Sektor ini belum banyak diminati kalangan perbankan," ujar Kepala PerwakilN BI Sulut, Direktur Eksekutif Suhaedi, dalam sambutan seminar nasional bertema 'Akses Keuangan dan Pengembangan Blue Economy dan Green Economy Bagi Kesejahteraan Masyarakat' di aula gedung BI Sulut, Manado, Sulut, Selasa (27/8).
Menurut Suhaedi, pengembangan blue economy (ekonomi berbasis kelautan dan perikanan) serta green economy (ekonomi berbasis pertanian dan perkebunan) menjadi harapan pertumbuhan ekonomi ditengah belum pulihnya kondisi perekonomian dunia. Apalagi, sebagian besar wilayah Sulut merupakan perairan kelautan.
Melalui seminar tersebut, Suhaedi berharap kalangan perbankan meningkatkan porsi kredit produktif, khususnya untuk sektor perikanan dan kelautan. Salah satu kredit terbesar juga didominasi sektor perhotelan dan pariwisata, mengingat sebagian wilayah merupakan kawasan pariwisata. "Kredit produktif masih minim, kebanyakan masih (kredit) konsumsi," ujarnya, kepada ROL.
Data BI menunjukkan total kredit disalurkan perbankan di Sulut naik 16,6 persen menjadi Rp 25,2 triliun per Juni 2013 dibandingkan dengan posisi Juni tahun 2012. Kredit konsumsi masih mendominasi dengan penyaluran Rp 13,6 triliun, disusul kredit modal kerja Rp 8,6 triliun, dan kredit investasi Rp 3 triliun.
Suhaedi juga berharap penyaluran kredit ke sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terus digenjot, khususnya bagi kalangan nelayan dan peternak perikanan (petambak). Penyaluran kredit UMKM di Sulut per Juni 2013 mencapai Rp 6,18 triliun, turun 9,8 persen dari posisi sama tahun lalu.
Kredit UMKM terbagi tiga, yakni mikro dengan penyaluran per Juni 2013 mencapai Rp 1,1 triliun, usaha kecil (Rp 2,2 triliun), dan usaha menengah sebesar Rp 2,8 triliun. Rasio pinjaman ke sektor UMKM terhadap total kredit yang diberikan perbankan di provinsi ini mencapai 24,2 persen, atau turun dibandingkan posisi Juni 2012 yang mencapai 31,6 persen.