EKBIS.CO, KUALA LUMPUR -- Malaysia memberlakukan pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM) dalam upaya menurunkan angka defisit anggarannya. Pemotongan subsidi BBM sudah dilakukan pula dua tahun lalu dan sekarang anggaran subsidi dikurangi lagi sebesar 20 sen atau sebesar Rp 700 per liter untuk jenis premium dan jenis diesel sehingga harga masing-masing jenis bahan bakar mencapai sekitar Rp 2.100 dan Rp 2.700 per liter.
Perdana Menteri Najib Razak mengatakan pemotongan subsidi akan menghasilkan penghematan senilai 3,3 miliar ringgit (atau Rp 11,2 triliun) dalam setahun. Sepanjang tahun lalu pemerintah setempat menghabiskan anggaran sebesar 24 miliar ringgit untuk subsidi BBM, yang dituding sebagai penyebab bengkaknya defisit anggaran.
Saat ini defisit anggaran Malaysia, selisih antara pendapatan dan belanja negara, mencapai 4,5 persen dari Produk Domestik Bruto tahun lalu. Sebagai perbandingan di Indonesia, tingkat defisit dipatok Undang-undang hanya pada kisaran 3 persen.
Lembaga pemeringkat Fitch menggunakan tingginya defisit anggaran Malaysia sebagai salah satu faktor yang membuat peringkat kredit Malaysia turun dari stabil menjadi negatif pada akhir Agustus lalu. "(Pengurangan subsidi) ini adalah sebuah proses konsolidasi fiskal," kata PM Najib. "Pasar akan jadi lebih yakin kalau kami bisa menurunkan angka defisit fiskal.''
Sampai saat ini belum terdengar berita tentang munculnya aksi penolakan terhadap kebijakan ini. Di Indonesia keputusan menaikkan harga BBM hampir selalu diikuti dengan demonstrasi besar di berbagai daerah.