EKBIS.CO, DUBAI -- Kurangnya tata kelola dan regulasi yang baik untuk keuangan syariah di Timur Tengah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kepercayaan sektor tersebut di masa depan. Pakar industri mengingatkan semakin tumbuhnya suatu sektor, maka diperlukan lebih banyak lagi transparansi.
"Hal ini hanya dapat terjadi jika ada tata kelola yang baik dan regulasi," kata Mitra dan Pemimpin Keuangan Syariah Global PricewaterhouseCoopers (PwC) Dubai, Ashruff Jamal seperti dikutip Gulf Business, Rabu (11/9).
Dia mengatakan bank-bank di Timur Tengah belum menyepakati pedoman pemerintahan dan regulasi terpusat untuk keuangan syariah. Budaya memainkan peran utama dalam kurangnya pemerintahan umum di daerah, di mana setiap bank memiliki standar dan peraturan syariah. "Di sini setiap bank memiliki Dewan Pengawas Syariah sendiri yang menetapkan peraturan syariah dan sulit untuk melepaskan kontrol itu," ujar Jamal.
Menurut laporan PwC , Timur Tengah merupakan penyumbang besar dari aset keuangan syariah global 1,2 triliun dolar AS. Jamal mengatakan industri keuangan syariah diperkirakan tumbuh pesat dan lebih dari dua kali lipat dalam empat tahun ke depan. Keuangan syariah diproyeksi tumbuh 30 persen pada 2030 seiring dengan meningkatnya permintaan produk keuangan syariah.
Permintaan terhadap keuangan syariah diperkirakan tumbuh terutama di Afrika dan Asia yang memegang 95 persen dari populasi Islam dunia. Ada pasar menarik di kalangan kelas menengah yang muncul untuk deposito, pinjaman, perlindungan dan produk pembayaran syariah. Pertumbuhan di pasar pensiun menciptakan permintaan untuk produk manajemen aset pensiun syariah.
Industri keuangan syariah menghadapi tantangan kecepatan pertumbuhan. Pasalnya lembaga keuangan syariah masih kecil jika dibandingkan rekannya di konvensional. Jamal menyebut industri keuangan syariah di Timur. Tengah harus memiliki lebih banyak ulama untuk mengurangi konflik.
Kekuatan global yang lebih besar memastikan keuangan syariah terus tumbuh. "Terutama karena kebutuhan permintaan meningkat dari Amerika Selatan, Afrika, Asia dan Timur Tengah," kata Jamal.