EKBIS.CO, JAKARTA -- Perlu ada upaya konkret untuk meningkatkan produksi kakao Indonesia. Saat ini angka produksi baru menyentuh 500-600 kilogram (kg) per hektare (ha).
Padahal target produksi sebesar 1,5 juta-2 juta ton per tahun. "Ini pekerjaan berat," ujar Direktur Puslitkoka Indonesia, Teguh Wahyudi pada perayaan Hari Kakao Indonesia ke-1, Rabu (18/9).
Dibandingkan dengan negara Malaysia, produksi kakao di negara tersebut baru mencapai 300-400 kg per ha. Tapi dari sisi kualitas, mutu kakao Indonesia masih tertinggal. Padahal dahulu Indonesia menjadi negara tempat Malaysia berlajar mengembangkan kakao.
Untuk itu, semua pihak harus berupaya membenahi masalah mutu, agar kakao bisa memberikan nilai tambah. Dari segi potensi, hampir semua bahan pangan produksi dalam negeri mempunyai produktifitas lebih dari 2 juta ton per tahun.
"Tapi dalam prakteknya, produktifitas yang bisa dicapai hanya sekitar 25 persen saja," katanya melanjutkan.
Selama ini peningkatan produksi terhadang persoalan hama. Masalah ini dikatakan sudah terjadi sejak zaman Belanda. Namun apabila semua program pengembangan sudah dilakukan dengan baik, ia yakin target satu juta ton bisa terlaksana.
Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar Kementerian Pertanian (Kementan) Azwar Abubakar mengatakan semua pihak harus bersinergi agar target peningkatan produksi dan mutu kakao bisa tercapai.
Biaya yang dibutuhkan untuk kebutuhan ini diperkirakan mencapai Rp 10 triliun. "Tapi kalau kita tunggu terkumpul, ya kelamaan," ujarnya ditemui di tempat yang sama.
Untuk itu semua komponen, yaitu pemerintah, pengusaha dan petani harus berkomitmen untuk mencapai target produksi 1,7 ton per tahun. Caranya dengan melakukan pembinaan dan pendampingan petani dari hulu hingga ke hilir.
Ketua Forum Pengembangan Perkebunan Strategis Berkelanjutan (FP2SB) Achmad Manggabarani mengatakan bahwa pemerintah masih perlu menetapkan kebijakan mengenai pelestarian lingkungan. Untuk jangka pendek cukup dilakukan dengan intensifikasi dan rehabilitasi.
"Jangan sampai apa yang terjadi pada kebun sawit terulang di kebun kakao," ujarnya.
Pengusaha juga diimbau untuk memberikan insentif harga untuk petani. Hal ini diperlukan agar petani bergairah menghasilkan kakao yang berkualitas.