EKBIS.CO, JAKARTA -- Anggota Komisi XI DPR Arif Budimanta meminta pemerintah serius memanfaatkan peluang yang muncul terkait kebijakan Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed), yang mempertahankan kebijakan stimulusnya, untuk memperbaiki fundamental ekonomi Indonesia. "Ini merupakan angin segar bagi ekonomi global dan Indonesia yang diharapkan akan membawa dampak positif," kata anggota DPR dari Fraksi PDIP itu di Jakarta, Kamis (19/9).
The Fed memutuskan mempertahankan stimulus seiring data ekonomi AS yang belum menunjukkan pemulihan signifikan secara meyakinkan. Menurut dia, dampak itu pertama, pengaruh terhadap penguatan nilai rupiah, apalagi jika diikuti oleh perbaikan neraca perdagangan dan neraca pembayaran yang semakin positif.
Kedua, Indonesia harus memanfaatkan situasi itu untuk melakukan perubahan yang signifikan terhadap kebijakan fiskal dan APBN untuk memperbaiki struktur ekonomi yang selama ini ternyata rapuh dan daya saing yang masih lemah terutama di bidang ketenagakerjaan, birokrasi yang semakin bersih, pendidikan dan kompetensi sumber daya manusia.
"Apabila ini tidak dilakukan dengan serius maka sesungguhnya pemerintah saat ini akan meninggalkan beban kepada generasi yang akan datang, berupa bangunan ekonomi yang diibaratkan hanya tersusun dari pasir, rentan terhadap terpaan angin dan hujan dan pada akhirnya dapat runtuh menimpa penghuni di dalamnya," kata Arif.
Menurut dia, pada dasarnya kemandirian ekonomi Indonesia menjadi kunci utama terbentuknya bangunan ekonomi yang kuat. Ada pun paket stimulus yag dipertahankan the Fed tersebut, lanjut Arif, karena memang kondisi ekonomi AS yang belum pulih dan pengangguran yang masih tinggi. Jika dua hal tersebut mengalami perbaikan maka AS kan melakukan pengurangan program stimulus.
Sebelumnya The Fed pada Rabu (18/9) memutuskan mempertahankan program stimulusnya 85 miliar dolar AS per bulan. Para pembuat kebijakan Fed malah memangkas proyeksi pertumbuhan untuk tahun 2013 dan berikutnya, dan menyatakan ekonomi sedang merasakan dampak pemotongan pengeluaran pemerintah dan terus berupaya untuk membebaskan diri dari resesi besar.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengatakan bahwa meskipun ekonomi tampak terus meningkat di tengah pemotongan belanja pemerintah besar-besaran, pihaknya memutuskan untuk menunggu lebih banyak bukti bahwa kemajuan yang dicapai akan berkelanjutan sebelum menyesuaikan laju pembelian obligasinya. Selain itu, Fed menunjuk dampak dari kenaikan tajam tingkat suku bunga sejak Mei 2013 sebagai kemungkinan penyebab perlambatan ekonomi.