EKBIS.CO, JAKARTA -- Rupiah terkena dampak positif penundaan penghentian stimulus moneter atau tapering off quantitative easing (QE) Amerika Serikat (AS). Rupiah pada Kamis (19/9) terapresiasi Rp 214 menjadi Rp 11.278 dalam kurs tengah BI.
Ekonom PT Bank Negara Indonesia, Tbk (BNI), Ryan Kiryanto, mengatakan penundaan penghentian QE berdampak positif untuk pasar uang. "Rupiah berpeluang menguat, juga IHSG, karena pasokan dolar AS akan kembali membanjiri pasar uang lokal," ujar Ryan dalam pesan singkatnya pada ROL, Kamis (19/9).
Namun, penundaan penghentian stimulus moneter AS sebenarnya menciptakan ketidakpastian baru di pasar karena akan menimbulkan spekulasi baru. Spekulasi tersebut berpotensi menahan apresiasi mata uang Asia, termasuk rupiah. Ryan mengatakan bursa saham lokal juga berpotensi tertahan kenaikannya.
Sebelumnya, Gubernur Bank Sentral AS, Federal Reserve, Ben Bernanke, menyebutkan bahwa ekonomi AS masih belum cukup pulih sehingga masih membutuhkan stimulus moneter. Jika tapering off diberlakukan pada awal Januari 2014 ketika ekonomi AS mensinyalkan adanya perbaikan, mata uang Asia akan melemah. Namun, untuk jangka menengah panjang, hal itu akan berdampak positif pada Indonesia.
"Dalam jangka menengah-panjang (mulai pertengahan 2014), akan dorong kenaikan ekspor RI ke AS sehingga akan masuk proceed ekspor (DHE) yang akan memperkuat likuditas dolar AS di dalam negeri, ujung-ujungnya rupiah akan menguat," papar Ryan.
Sementara Ekonom PT Bank Mandiri, Tbk, Destry Damayanti, mengatakan rata-rata mata uang regional terapresiasi. Dibandingkan hari sebelumnya, ringgit Malaysia terapresiasi 2,1 persen, peso Filipina menguat 1 persen dan baht Thailand terangkat 2,07 persen.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Difi Johansyah, mengatakan hari ini telah banyak korporasi yang menjual dolarnya. "Hari ini kita lihat ada capital inflow masuk khususnya ke saham dan banyak perusahaan yang menjual dolarnya," ujar dia.