EKBIS.CO, JENEWA -- Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada Kamis (19/9) memangkas proyeksi pertumbuhan perdagangan global tahun ini menjadi sebesar 2,5 persen, turun dari perkiraan sebelumnya 3,3 persen pada April. Permintaan impor di negara-negara berkembang, meski meningkat, namun pertumbuhannya lebih lambat dari yang diperkirakan. Kondisi ini menghambat pertumbuhan ekspor dari negara maju dan negara berkembang pada paruh pertama 2013. "Itu menjadi alasan untuk proyeksi yang lebih rendah," kata WTO dalam pernyataan resminya.
Selain itu, karena Uni Eropa (EU) mengkonsumsi sekitar sepertiga dari barang yang diperdagangkan di dunia (termasuk pengiriman antarnegara anggota dalam Uni Eropa) dan tingkat pengangguran Uni Eropa kemungkinan akan tetap untuk beberapa waktu. Sementara pertumbuhan perdagangan dapat diharapkan berada di bawah rata-rata 20 tahun sebesar 5,4 persen di kuartal mendatang.
Statistik WTO juga menunjukkan bahwa krisis utang Eropa telah menurun secara signifikan sejak tahun lalu. Dalam prediksi terbarunya, WTO memperkirakan volume perdagangan barang dunia tumbuh 2,5 persen pada 2013, di sisi ekspor meningkat 1,5 persen untuk negara maju dan kenaikan 3,6 persen untuk negara berkembang pada 2013. Di sisi impor, pertumbuhan stagnan 0,1 persen untuk negara-negara maju dan kenaikan lebih kuat 5,8 persen untuk negara-negara berkembang pada 2013.
Pada 2014, menurut WTO, perdagangan dunia diperkirakan akan maju 4,5 persen, dengan ekspor negara maju naik 2,8 persen dan negara-negara berkembang meningkat 6,3 persen, impor dari negara maju diproyeksikan tumbuh 3,2 persen pada 2014, sementara dari negara berkembang akan meningkat sebesar 6,2 persen.
"Walaupun perlambatan perdagangan sebagian besar disebabkan oleh guncangan makroekonomi yang merugikan, ada indikasi kuat bahwa proteksionisme juga telah memainkan bagian dan sekarang mengambil bentuk-bentuk baru yang lebih sulit untuk dideteksi," kata Roberto Azevedo, Direktur Jenderal WTO, dalam sebuah pernyataan tertulis. Azevedo mencatat bahwa pertumbuhan perdagangan lamban dua tahun terakhir memperkuat kebutuhan untuk membuat kemajuan dalam perundingan multilateral.