EKBIS.CO, JAKARTA -- Isu penarikan stimulus oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) pada pertengahan tahun lalu membuat pasar modal kehilangan triliunan dana. Indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok dari level tertingginya, 5.214,97 ke saat ini di level 4.600.
Analis Trust Securities Reza Priyambada menilai isu penghentian program stimulus (tapering) oleh the Federal Reserve akan kembali mencuat. Bagaimana pun secara perlahan pemerintah AS bakal menarik dana stimulusnya dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Agar tidak memberikan dampak terlalu signifikan terhadap pasar modal, regulator perlu melakukan sejumlah upaya dan kebijakan. "Setidaknya harus ada peringatan kepada masyarakat terhadap dampak tapering, terutama kepada investor," kata Reza, Senin (28/10).
Regulasi dan kebijakan yang dikeluarkan, menurut Reza, juga perlu disosialisasikan kepada masyarakat pasar modal. Indonesia pun perlu memperkuat basis investor agar dapat menggantikan investor asing yang mudah keluar dari pasar modal Indonesia.
Regulator tengah menggodok sejumlah kebijakan untuk menggandeng lebih banyak investor, terutama investor ritel. Salah satunya adalah dengan menurunkan jumlah lot saham dari 500 saham per lot menjadi 100 saham per lot.
Reza menilai sosialisasi perlu dilakukan secara gencar agar tujuan menambah jumlah investor yang aktif bisa betul-betul terealisasi. "Dengan komunikasi diharapkan pasar modal tidak turun terlalu dalam seperti dulu," kata Reza.
Sebelumnya Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito mengungkapkan transaksi harian di BEI masih cukup tinggi. Situasi tersebut menunjukkan pasar masih mampu mengatasi ketakutan investor terhadap pengaruh tapering.
Rata-rata transaksi harian di BEI mencapai Rp 6,5 triliun. Diharapkan di akhir tahun bisa dipertahankan menjadi Rp 6,6 triliun.