Rabu 06 Nov 2013 10:58 WIB

Ekonomi Melambat, Perbankan Syariah Tunjukkan Tren Positif

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Perbankan Syariah.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Perbankan Syariah. (ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Perbankan syariah menunjukkan tren positif di tengah perlambatan ekonomi Indonesia. Jika dirata-rata, sejak 2000 hingga 2012, bank syariah tumbuh sekitar 50 persen pertahun.

Direktur Utama Bank Mega Syariah, Benny Witjaksono mengatakan hingga Agustus 2013, aset perbankan syariah nasional mencapai Rp 223 triliun. "Alhamdulillah meski ada perlambatan ekonomi, bank syariah konsisten di pertumbuhan positif," ucapnya saat 'Seminar Prospek Industri Perbankan Syariah di Tengah Perlambatan Ekonomi' di Hotel Shangrila, Jakarta, Rabu (6/11).

Perlambatan ekonomi menyebabkan suku bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) tinggi sehingga mengakibatkan biaya dana meningkat dan margin pembiayaan juga meningkat. Perlambatan ekonomi juga menyebabkan risiko kredit macet meningkat sehingga margin pembiayaan meningkat dan risiko gagal bayar pun meningkat. Di tengah ancaman tersebut, kata Benny, perbankan syariah tetap tumbuh dalam kehati-hatian tinggi.

"Pembiayaan tumbuh pada segmen yang selama ini terbukti memiliki kinerja baik seperti pembiayaan mikro produktif, konsumtif yang didukung pendapatan tetap dan sektor usaha yang industrinya masih aman," ucapnya.

Dalam hal pendanaan, perbankan syariah lebih kreatif mencari sumber dana murah, meningkatkan pelayanan untuk mencari deferensiasi dalam industri. Konsolidasi dengan strategi baik membuat biaya operasional dapat ditekan maksimal. Perbankan syariah juga meningkatkan aktivitas penagihan pembiayaan, lebih terjadwal dan menggunakan cara-cara inovatif.

Saat ini, perbankan syariah tanah air belum mampu menembus pangsa pasar 5 persen. Meski begitu, pria yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Sosialisasi dan Komunikasi Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) berharap pangsa pasar perbankan syariah mampu menembus 5 persen.

Benny mengatakan Indonesia berpotensi besar sebagai pemain keuangan syariah global. Potensi tersebut diantaranya jumlah besar penduduk Muslim sehingga bisa menjadi potensi nasabah industri keuangan syariah. Ditambah lagi prospek ekonomi cerah, tercermin dari pertumbuhan ekonomi relatif tinggi di kisaran 6 hingga 6,5 persen yang ditopang fundamental ekonomi solid.

Selain itu, peningkatan sovereign credit rating Indonesia menjadi investment grade akan meningkatkan minat investor untuk berinvestasi di sektor keuangan domestik, termasuk industri keuangan syariah. "Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah yang dapat dijadikan underlying transaksi industri keuangan syariah," kata dia.

Benny menyebut ada beberapa faktor pendukung perkembangan perbankan syariah tanah air diantaranya eskpansi jaringan kantor secara berkesinambungan, gencarnya program edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat, upaya peningkatan kualitas layanan dan pengesahan beberapa produk perundangan yang memberikan kepastian hukum.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement