EKBIS.CO, SLEMAN -- Ekonomi Indonesia dinilai rentan goyah karena terlalu mengedepankan indikator makro ekonomi. Sementara, ekonomi mengabaikan kondisi masyarakat seperti jumlah pengangguran.
Konsultan ekonomi Awalil Rizky mengatakan analisis ekonomi di Indonesia banyak membahas eksternal seperti masalah ekonomi dunia yang akan berdampak pada Indonesia. "Jika bicara tentang ekonomi domestik mengatakan pertumbuhan karena faktor eksternal," ujarnya kepada ROL, Ahad (10/11) malam.
Pendapatan masyarakat Indonesia dinilai masih timpang. Hal itu terlihat dari dari jumlah total simpanan di perbankan sekitar Rp 3.387 triliun, sebanyak 61 persennya dikuasai pemilik rekening dengan jumlah simpanan di atas Rp 1 miliar. Padahal jumlah pemilik rekening di atas Rp 1 miliar hanya 90 ribu orang. "Mayoritas pemilik simpanan memiliki rekening di bawah Rp 100 juta," ujarnya.
Rentannya ekonomi Indonesia juga disumbang oleh besarnya kepemilikan asing di sejumlah sektor ekonomi. Awalil mengklaim dalam sektor komunikasi, kepemilikan asing telah mencapai 50 persen. Sebanyak 60 persen perusahaan waralaba juga dikuasai pihak asing.
Dalam bidang perbankan, asing menguasai 50,6 persen saham. Sementara, penguasaan asing dalam bidang pertambangan mencapai 80 persen. Bahkan, kepemilikan asing di BUMN terprivatisasi telah mencapai 60 persen.
Menurut Awalil ekonomi Indonesia seharusnya bertumpu pada peningkatan produksi, bukan mengatasi kemiskinan. "Mengatasi kemiskinan adalah cara yang berpikir yang salah, seharusnya ekonomi mensejahterakan seluruh rakyat," ujarnya.