Sabtu 14 Sep 2024 07:31 WIB

Serangkaian CSR Pertamina, Bukan Sekadar Bagi-Bagi Duit

CSR Pertamina fokus membuat ekonomi masyarakat menjadi lebih baik.

Rep: Federikus Bata/ Red: Lida Puspaningtyas
Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati Desa Sukakarya, Kecamatan STL Ulu Terawas, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, mitra binaan Pertamina EP Asset 2 Pendopo Field.
Foto: Frederikus Bata
Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati Desa Sukakarya, Kecamatan STL Ulu Terawas, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, mitra binaan Pertamina EP Asset 2 Pendopo Field.

EKBIS.CO,  LUBUKLINGGAU -- Setiap perusahaan memiliki kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Itu salah satu aksi nyata korporasi dalam memberdayakan masyarakat di dekat wilayah kerja.

Pertamina juga konsisten menerapkan hal serupa. Unit-unit usaha BUMN ini tersebar di seluruh tanah air. Ada banyak kegiatan CSR yang sudah dilakukan.

Baca Juga

Kegiatan CSR Pertamina, tak hanya fokus mengelola lingkungan. Pada saat yang sama juga bisa membuat ekonomi masyarakat menjadi lebih baik. Sebagai contoh beberapa aksi Pertamina EP di Sumatera Selatan menunjukkan apa yang dibahas.

Dimulai dari program Rindu Resik (Rumah Inovasi Daur Ulang Sampah Residu Anorganik) di Kelurahan Sungai Medang, Kecamatan Cambai, Prabumulih. Dalam keterangan resmi Pertamina EP, dampak dari program Rindu Resik, 500 pcs/tahun produksi getah ecofriendly. Kemudian 1.560 ton/tahun sampah anorganik jenis plastik residu terolah. Lalu 12.375 ton CO2eq/tahun emisi gas rumah kaca berhasil diturunkan.

Selanjutnya, 30 orang pemulung mengalami peningkatan pendapatan. Ada potensi penghematan wadah getah plastik Rp 30 juta per tahun. Tiga titik tempat pembuangan akhir (TPA) ilegal berhasil ditutup.

Di lokasi pusat daur ulang (PDU) ini, terlihat para warga memilih sampah plastik untuk didaur ulang. Sekitar 3-5 ton sampah plastik diolah di sana dalam sehari. Hasilnya menjadi papan.

Papan tersebut sebagai bahan dasar pembuatan produk furniture. Ada kursi, meja, dan sebagainya. Lalu dijual ke berbagai tempat dan orang yang sudah terlebih dahulu memesan.

"Kita ingin CSR pada prinsipnya bukan memberi, setelahnya hilang. Ini yang kita edukasi ke masyarakat, karena ada yang berpikir CSR itu bagi-bagi duit. Ini yang kita hindari, karena kita pengen terus berlanjut, supaya mereka berdiri sendiri," kata General Manajer Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona 4, Djujuwanto di Prabumulih, Rabu (11/9/1014).

Ia menerangkan Pertamina biasanya membantu mengurusi selama lima tahun. Setelahnya, mitra binaan berdiri sendiri secara bisnis. Perusahaan hanya melakukan monitoring dan evaluasi (monev).

Head of Communication and Relation PHR zona 4, Erwin Hendraputra menerangkan pihaknya melakukan monev selama dua tahun setelah exit program. Khusus di wilayah kerja PHR zona 4, sudah hampir 50 program CSR Pertamina. "Beberapa sudah exit program," Ujar Erwin.

Selanjutnya, masih di wilayah Sumsel, Pertamina EP Limau Field memiliki mitra binaan di Desa Air Talas, Kecamatan Rambang Niru, Kabupaten Muara Enim. Warga yang didominasi transmigran asal Bali itu tergabung dalam GEMA DEWATA (Gerakan Ekonomi Masyarakat Desa Air Talas).

Mereka memanfaatkan jeruk untuk diolah menjadi berbagai bahan makanan dan sabun. Ada beberapa kelompok yang berkreasi. Pertama Kelompok Tunas Hijau yang anggotanya bapak-bapak atau lelaki dewasa di desa tersebut. Sejumlah petani jeruk ini menciptakan produk yakni tricoderma (pupuk organic yang zero waste).

Kemudian kelompok BUDE ARTA MAJU. Kelompok ini terdiri dari ibu-ibu yang mengelola jeruk menjadi produk makanan seperti pie susu, sirup jeruk, selai, stik, dan sebagainya. Para peserta juga diberikan pelatihan dasar administrasi, juga pelatihan pembuatan produk makanan.

Lalu ada kelompok Amerta. Dalam kelompok ini, ibu-ibu mengolah limbah kulit jeruk, dijadikan produk non makanan yaitu sabun. "Jadi kulit-kulit jeruk ini kan banyak jadi limbah, jadi sampahlah. Ada penyuluhan dari Pertamina, jadi kami dibentuk kelompok," kata Yunita, salah satu member Amerta, di Muara Enim, Kamis (12/9/2024).

Kepala Desa Air Talas, I Gede Arsana mengatakan dengan adanya kegiatan CRS Pertamina ini, warga bisa memiliki fokus dalam pencarian rejeki. Kesibukan mereka bertambah. Namun hal itu, tak menjadi sebuah masalah.

Apalagi para penduduk, jelas dia, rata-rata memiliki kebun. Dalam kebun tersebut ditanami jeruk. Tak hanya buah yang dijadikan produk untuk dijual, bahkan kulit pun berdaya guna.

Senior Manager PT Pertamina EP Limau Field, A Rachman Para Buana, menyatakan keberhasilan PT Pertamina EP Limau Field dalam merealisasikan program-program yang ada di Desa Air Talas ini tidak lepas dari kemampuan perusahaan membaca potensi desa tersebut. Ini sejalan dengan inti bisnis (core business) perusahaan. "Dengan pendekatan ini, perusahaan bisa tumbuh bersama masyarakat, dan saling support," ujarnya.

Saat ini sekitar 350 Kepala Keluarga di Desa Air Talas menanam jeruk. Kebun jeruk di desa tersebut dipanen tiga kali dalam setahun. Total produksi mencapai 300 ton selama periode tersebut.

Peningkatan penjualan BUDE ARTA MAJU sebanyak 59 persen dari sebelumnya hanya Rp 411.111/bulan menjadi Rp 1.000.000/bulan. Peningkatan pendapatan petani jeruk melalui kegiatan Budidaya Jeruk 20 persen dari sebelumnya hanya Rp 2.555.556/bulan menjadi Rp 2.055.556/bulan. Peningkatan pendapatan 12 orang melalui pengolahan kulit jeruk sebesar Rp 4.185.000/bulan. Juga beberapa manfaat lainnya.

Kemudian dari segi pemanfaatan limbah kulit jeruk. Data Pertamina menunjukkan setiap bulan ada pemanfaatan limbah kulit jeruk sebanyak 10,4 ton di desa tersebut. Lalu Pengurangan penggunaan plastik sebanyak 26 persen di Rumah Sakit Kota Prabumulih atau setara dengan 37,88 ton/tahun. Sebanyak 521,79 ton CO2eq tereduksi melalui penggunaan OraPlast.

Belum berhenti sampai di situ. PT Pertamina EP (PEP) Adera Field mengimplementasikan CSR di Desa Pengabuan, Kecamatan Abab, Kabupaten Pali, Sumsel. Masyarakat di daerah itu menggantungkan hidup mereka dari pertanian. Pertamina membantu memaksimalkannya lewat program Permata (Pertanian Mandiri untuk Desa Tangguh).

"Tahun 2018 Pertamina melakukan pendampingan awal terhadap kami," kata tokoh masyarakat setempat, Inda Yani.

Oleh Pertamina warga diajarkan beberapa hal agar produktivitas lebih maksimal. Salah satu contoh, mereka diminta tidak boleh menanam lebih dari 21 hari. Ini demi menjaga kualitas bibit.

Juga ketika menjadi jerami, tidak langsung dibuang begitu saja. Jerami tersebut dibuat menjadi pupuk kompos, makanan ternak. Ke depan akan dijadikan bahan bakar.

Manager PT Pertamina EP Adera Field, Adam S Nasution mengatakan CSR ini merupakan implementasi dari konsep inovasi terpadu. Ia berharap apa yang sudah dilakukan terus membawa manfaat bagi masyarakat. Tentunya, Pertamina tidak asal memberikan bantuan.

Pertama-tama ada pemetaan sosial di daerah terdekat wilayah kerja. Apa mata pencaharian masyarakat. Kemudian mana yang bisa dimaksimalkan demi menjaga keseimbangan lingkungan dan meningkatkan ekonomi warga.

"Nah apa yang bisa kita berikan untuk lebih memudahkan mereka bekerja. Salah satunya dengan inovasi yang ada. Kemudian kita berikan bibit yang lebih unggul," ujar Adam.

Desa Pangabuan memiliki tanah dengan tekstur lahan gambut. Ditambah dengan iklim yang tak menentu membuat hasil pertanian sempat tidak maksimal. Jika kemarau datang, kekeringan dan hujan yang sangat lebat, para petani hanya memiliki masa satu kali tanam dan satu kali panen.

Kini situasi telah berbeda. Melalui Program Permata ini, PT Pertamina EP Adera Field masuk membawa teknologi untuk perubahan sistem pertanian masyarakat yang modern. Pada 2021, PEP Adera Field mengusung inovasi teknologi sebagai media penyiraman tanaman yang terintegrasi dengan pupuk organik cair buatan masyarakat binaan. Ini dikenal sebagai Automatic Drip Irrigation System for Climate Resilient Agriculture yang Berbasis Android.

Melalui teknologi itu, masyarakat dapat mengatur debit dan waktu pengairan sesuai kebutuhan melalui aplikasi di sistem android. Pada akhir 2023, PEP Adera Field kembali memperkenalkan inovasi terbaru dalam memanfaatkan limbah jerami sebagai briket sumber energi alternatif dry house serta memperkuat ketahanan pangan lokal melalui pengembangan varietas unggul padi tahan iklim jilid dua. Dry house ini dapat mempercepat proses pengeringan padi dan juga tanaman obat keluarga dengan efisiensi waktu tiga kali dari pengeringan biasanya yang menggunakan panas matahari.

Adam menjelaskan program itu bertujuan untuk memberdayakan masyarakat desa, khususnya kelompok perempuan dan petani. Pada saat yang sama mengembangkan varietas padi unggul tahan iklim jilid dua serta mengintegrasikan teknologi pertanian modern dengan sistem yang berkelanjutan. "Kami bekerja sama dengan multistakeholder dan praktisi pertanian untuk memastikan bahwa metode yang diterapkan dalam program Permata efektif dan mudah diadaptasi oleh masyarakat," ujarnya.

PEP Adera Field juga memperkenalkan inovasi terbaru dalam memanfaatkan limbah jerami sebagai sumber energi alternatif dry house. Ini digunakan untuk mengeringkan padi dan rimpang-rimpangan tosga hingga kadar airnya turun 5-10 persen. Program ini membantu perempuan dan petani mengelola hasil pertanian secara lebih efisien dan efektif menghilangkan air tanpa merusak senyawa bioaktif dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

Lalu PT Pertamina EP Pendopo Field juga ikut membantu masyarakat Desa Sukakarya, Kecamatan STL Ulu Terawas, Kabupaten Musi Rawas, Sumsel melestarikan pinang lokal. Ada inovasi dalam penggunaan ekstrak buah pinang sebagai korosi inhibitor dan mendorong ekspor buah tersebut.

Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati, Suhartini menjelaskan, harga pinang tua satu kilogram di pasar lokal sekitar Rp 4.000. Dengan adanya upaya mendorong pasar ke level internasional ini, warga bisa mendapatkan harga lebih hingga, yakni sebesar Rp 6.000. "Jadi, manfaat ekonomi melalui upaya mendorong ekspor ini lebih besar dibandingkan dengan menjual pinang (tua) di pasar lokal,” ujarnya di Sukakarya, Jumat (13/9/2024).

Community Development Officer PEP Pendopo Field, Erwinton Simatupang, menyatakan upaya mendorong ekspor pinang dengan melibatkan warga dan pemerintah daerah mencerminkan pendekatan Creating Shared Value (CSV). Pada titik ini, PEP Pendopo Field berupaya membangun kluster industri lokal melalui kerja sama antara berbagai entitas, seperti pemerintah, lembaga masyarakat, dan bisnis.

"Pada akhirnya mendorong peningkatan kualitas dan efisiensi produksi pinang. Terlebih, akses ke pasar yang lebih besar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan daya saing produk lokal di pasar global,” tutur Erwinton.

Camat STL Ulu Terawas, Muhammad Pahip, mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh PEP Pendopo Field. Jika semula berfokus di Desa Sukakarya, kini kegiatan tersebut menyebar ke desa lain di Kecamatan yang ia pimpin.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement