EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketegangan hubungan diplomatik antara Australia dan Indonesia berimbas ke dunia usaha. PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), diketahui menghentikan pembicaraan bisnis dengan peternak sapi Australia.
RNI adalah perusahaan Indonesia pertama yang membekukan hubungan bisnis dengan Australia setelah ketegangan terjadi antar kedua negara. Hubungan yang memanas ini dipicu oleh laporan adanya penyadapan Australia kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, istri, dan para menterinya.
"Kami memutuskan untuk menghentikan pembicaraan tentang peternakan sapi di Australia sementara waktu, sampai Pemerintah Australia menanggapi respons Pemerintah Indonesia," kata Chief Executive RNI Ismed Hasan Putro kepada Reuters.
"Hal ini sangat penting untuk membangun rasa saling percaya , menghormati dan kesetaraan di masa depan,"tambahnya. Hanya, Putro menolak menyebutkan nama perusahaan Australia mana yang kerjasamanya dihentikan.
Dia mengatakan, RNI sudah memulai pembicaraan dengan sebuah perusahaan Selandia Baru sebagai calon alternatif pengganti perusahaan tersebut.
Pada bulan September lalu, RNI melansir telah mengirim tim ke Australia untuk menjajaki kemungkinan investasi senilai Rp 350 miliar untuk tiga atau empat peternakan sapi yang ada di Australia. Tujuannya, mengimpor 120.000 sapi hidup setahun.
Sebelumnya, pada Rabu (20/11) para pejabat Indonesia mengatakan akan meninjau hubungan perdagangan dengan Australia yang nilainya lebih dari 11 miliar dolar AS pada tahun lalu. Akan tetapi, sapi dan ternak impor belum terkena imbas tersebut.
Selain ternak, Indonesia merupakan importir utama produk pertanian Australia seperti gandum. Sementara Australia adalah pasar ekspor ke-10 terbesar di Indonesia.