EKBIS.CO, Oleh Erik Purnama Putra/Wartawan Republika
Indonesia patut berbangga. Salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni PT Semen Indonesia (Persero) mampu mengharumkan bangsa lewat kinerja cemerlang. Tidak lagi berkutat menjadi raja di negeri sendiri, Semen Indonesia malah sudah berjaya di level regional. Akuisisi Thang Long Cement Comany (TLCC) Vietnam semakin menahbiskan penilaian terhadap kapasitas perusahaan.
Kini, Semen Indonesia menjadi induk empat pabrik semen, yakni Semen Gresik, Semen Padang, Semen Tonasa dan (TLCC) Vietnam. Alhasil, pencapaian korporasi sudah menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Tidak semata kapasitas produksi yang meningkat, melainkan juga terjadi peningkatan perihal daya saing yang semakin kompetitif.
Semen Indonesia kini menargetkan kapasitas produksi menjadi 31,8 juta ton pada 2014. Angka tersebut naik dibanding tahun lalu sebesar 30 juta ton. Semen Indonesia menjadi pabrik terbesar di Asia Tenggara dengan mengalahkan Siang Cement dari Thailand yang memiliki kapasitas produksi 24 juta ton per tahun. Pada tahun depan, Semen Indonesia direncanakan berproduksi 33,3 juta ton semen.
Namun, korporasi tidak puas dengan mengandalkan kenaikan secara reguler. Mereka sudah melakukan terobosan. Langkah yang ditempuh berupaya peningkatan (upgrading) teknologi yang berimbas kepada kapasitas produksi semen. Sehingga, pada 2015, Semen Indonesia diperkiraan akan menghasilkan semen sebesar 39,3 juta ton, dengan tambahan dua pabrik baru.
Direktur Utama Semen Indonesia Dwi Soetjipto mengatakan, perseroan telah mempunyai rencana bisnis yang sangat jelas untuk jangka panjang. Perusahaan akan meningkatkan kapasitas desain menjadi 40,8 juta ton semen pada 2017. Tentu saja, penambahan produksi harus dibarengi dengan perluasan pemasaran dengan terus menambah packing plant dan jaringan distribusi.
”Kami melakukan ekspansi secara agresif dan terukur untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus meningkat sekaligus memastikan posisi perseroan tetap menjadi pemimpin di industri semen nasional yang semakin kompetitif,” kata Dwi belum lama ini.
Dia mengatakan, meningkatnya tensi persaingan dari kompetitor perlu diwaspadai. Meski kapasitas perseroan masih yang terbesar, tetapi itu belum cukup. Dibutuhkan strategi bisnis yang tepat dan aksi nyata agar perseroan tetap menjadi yang terbesar untuk jangka panjang.
Ekspansi ke ASEAN
Setelah menguasai segitiga wilayah Indonesia, yakni Semen Gresik di Pulau Jawa, Semen Padang di Sumatra, dan Semen Tonasa di Sulawesi, Semen Indonesia berusaha melakukan ekspansi ke kawasan regional. Proses akuisisi perusahaan semen di kawasan ASEAN terus dijajaki.
Penguatan pengaruh di kawasan regional dilakukan bukan tanpa dasar. Hal itu sudah diperhitungkan secara matang demi kelangsung strategis Semen Indonesia pada masa akan datang. Dijadikannya TLCC Vietnam yang memiliki kapasitas produksi 2,3 juta ton ini sebagai andalan untuk menguasai pasar luar memang sudah diperhitungkan.
Menurut dia, kontribusi keuntungan memang belum muncul. Namun, ada hal yang menggembirakan, yakni keberadaan perusahaan yang justru lebih diterima oleh masyarakat sekitarnya setelah diakuisisi oleh Semen Indonesia.
Belum lagi, pabrik yang dibangun dengan teknologi tinggi ini memiliki keunggulan distribusi berupa pelabuhan di Vietnam Selatan, sehingga memudahkan sinergi pasar di Indonesia dan jalur ekspor ke Myanmar serta Bangladesh. Dengan menguasai Vietnam pula, korporasi bisa menjadi pemimpin penjualan semen untuk negara tetangga, Laos dan Kamboja.
Langkah lanjutan, kata Dwi, Semen Indonesia berencana mengakuisisi beberapa pabrik semen lagi di Asia Tenggara. Tahun ini, ditargetkan dapat merealisasikan ekspansi ke Myanmar. Mengakuisisi pabrik, menurut dia, lebih bisa realistis daripada membuat pabrik baru yang membutuhkan waktu tiga tahun untuk membangunnya.
Dengan melakukan sejumlah akuisisi itu, PT Semen Indonesia siap bersaing untuk menghadapi Asia Economic Community 2013. “Ada bahan baku yang besar untuk masuk ke Asia Tenggara bagian Timur. Ke depan akan membagun pabrik lagi di Asia untuk menjangkau pasar yang lebih luas,” ujar Dwi.
Dwi melanjutkan, jika di pabrik semen di Asia Tenggara dapat dikuasai, Semen Indonesia akan melanjutkan ke Bangladesh. Pihaknya sudah menyediakan dana sebesar 500 juta dolar AS atau sekitar Rp 6 triliun untuk investasi selama lima tahun ke depan. “Ini sebuah upaya untuk naik kelas,” katanya.
Diakui dunia
Tidak salah, segala kebijakan strategis spektakuler yang diambil Semen Indonesia membuatnya diakui dunia internasional. Perusahaan yang meraup keuntungan Rp 6,98 triliun tersebut kembali masuk dalam Forbes Global 2000. Daftar The World’s Biggest Companies ini memuat daftar 2000 perusahaan publik berkinerja terbaik di seluruh dunia.
Dwi menyebut, masuknya kembali perusahaan yang dipimpinnya dalam daftar Forbes Global 2000 menunjukkan kinerja yang semakin kuat, kompetitif, dan punya daya saing global. “Ini sekaligus membuktikan kiprah perseroan diakui dan memenuhi ekspektasi publik internasional,” katanya.
Dalam daftar tersebut terdapat sembilan perusahaan asal Indonesia, di mana enam di antaranya adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Peringkat Semen Indonesia mengalami lompatan luar biasa dari 1.674 pada 2012 menjadi 1425 pada 2013 atau meningkat 249 poin. Peningkatan tersebut tercatat sebagai yang terbesar dibanding delapan perusahaan Indonesia lainnya yang masuk daftar Forbes Global 2000.
Penilaian yang didasarkan pada empat indikator kinerja keuangan, yaitu penjualan, laba, aset, dan nilai pasar itu menunjukkan kinerja positif perseroan. ”Setelah melakukan transformasi korporasi dengan menjadi strategic holding dari empat perusahaan semen, perseroan terus memacu kinerja dan menempatkan perseroan di posisi terhormat dalam peta dan pergaulan bisnis internasional,” kata Dwi.
Dia menambahkan, Semen Indonesia mempunyai tugas berat untuk mempertahankan kinerja cemerlang di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan saat ini seiring belum pulihnya kondisi ekonomi global. Dalam kondisi yang penuh tantangan ini, sambung dia, inovasi menjadi kunci. Karena itu, tak henti-hentinya perseroan terus melakukan inovasi, baik dari sisi kualitas produk, tata kelola perusahaan, pengembangan SDM, hingga distribusi ke pasar.
Tantangan perseoran
Semen Indonesia boleh-boleh saja menaikkan target produksi. Namun, tahun 2014 akan menjadi tantangan sesungguhnya bagi perseroan untuk merealisasikan targetnya. Jika tidak cermat mengantisipasi hambatan nonteknis, besar peluang bagi perseoran mengalami penurunan keuntungan.
Pasalnya, Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso memprediksi terjadi penutunan penjualan semen hingga 25 persen di Indonesia. Hal itu sebagai imbas cuaca yang tengah tidak bersahabat.
Hujan dan banjir yang melanda hampir seluruh wilayah Indonesia menjadi penyebabnya. Menurut Widodo, penurunan penjualan terjadi di seluruh wilayah Indonesia, kecuali wilayah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
“Semua mengalami penurunan total. Kalau hujan dan banjir pembangunan juga banyak yang terhenti atau tertahan, banyak yang menunda pada intinya, permintaan semen jelas berkurang,” kata Widodo.
Berdasarkan penghitungannya, penjualan semen sudah turun hingga 25 persen pada Januari 2014. Penurunan bisa lebih tajam lagi bila kondisi cuaca masih terus memburuk. Berdasarkan data ASI, penjualan semen tahun ini ditargetkan mencapai 63 juta ton per tahun atau dengan rata-rata 5 juta-5,5 juta ton per bulan.
Menurut laporan anggota ASI, kata Widodo, penurunan permintaan semen paling besar terjadi di Pulau Jawa dan Sumatra. Pulau Jawa dan Sumatra merupakan wilayah yang pembangunan industrinya cukup besar sehingga kebutuhan semen juga besar. Hanya saja, pihaknya belum bisa memprediksi terjadinya kenaikan ongkos produksi akibat bencana alam.