EKBIS.CO, MANADO -- Lembaga keagamaan memiliki peranan penting dalam inklusi keuangan di Indonesia. Bank Indonesia (BI) menilai lembaga keagamaan dapat berperan sebagai penghubung antara lembaga keuangan dan nasabah. Hal itu disebabkan lembaga keagamaan mengenal baik perilaku dan karakter jemaahnya sehingga resiko pada lembaga keuangan dapat berkurang.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, selama ini lembaga keuangan memiliki beberapa hambatan dalam menyalurkan kredit pada masyarakat. Beberapa diantaranya adalah jaminan dan resiko kredit. "Hubungan lembaga keuangan dan pelaku terhambat karena jaminan," ujar Agus dalam kunjungannya ke Manado, Selasa (11/3).
Hambatan lainnya adalah resiko kredit. Lembaga keuangan memiliki keterbatasan sehingga diperlukan terobosan inovatif, pemikiran dan inisiatif. Salah satu terobosan untuk mengatasi hambatan adalah penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) melalui lembaga keagamaan.
Agus mengatakan, skema pemberian kredit melalui lembaga agama bersifat win-win solution. Dalam skema tersebut, lembaga keuangan, lembaga keagamaan dan nasabah dinilai memperoleh keuntungan. Keuntungan yang didapat oleh lembaga keagamaan adalah memperoleh jamaah yang semakin berdaya ekonomi dan kesejahteraan yang meningkat.
"Bagi lembaga keuangan, hambatan dapat teratasi. Lembaga keuangan harus mengenal nasabahnya terlebih dahulu. Dengan ini akan tertolong," ujar Agus.
Lembaga keagamaan juga dapat berperan sebagai penjamin dalam penyaluran kredit perbankan pada nasabahnya. "Dengan kerja sama, lembaga agama akan membuat resiko kredit bagi perbankan lebih terukur dan diharapkan kualitas pinjaman yang diperoleh terjaga," tambah Agus.
Mereka juga dapat berperan sebagai pendamping bagi jamaah yang akan mengembangkan usaha. Agus mengatakan, BI menyambut baik pendampingan oleh lembaga keagamaan pada debitur di Manado. Hal tersebut ikut menjamin KUR secara terukur. "Di Sulut mungkin jumlahnya belum banyak, tapi dengan program ini akan membantu," ujarnya.
Pendampingan KUR dilakukan dari sebelum debitur mendapat kredit hingga kredit lunas. Bunga yang diberikan pun cukup kompetitif. Agus mengatakan, rasio kredit bermasalah (NPL) penyaluran KUR melalui lembaga keagamaan di Sulut sebesar 0 persen.
KUR diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan membuat masyarakat lebih produk. Agus mengatakan, KUR diarahkan pada masyarakat yang berkomitmen menciptakan lapangan pekerjaan dan menjadi pelaku ekonomi. "Harus dimulai dengan pribadi yang terpercaya. Pribadi yang pandai inovasi," ujarnya.