Rabu 20 Nov 2024 17:45 WIB

Inflasi Oktober 2024 Tercatat 1,71 Persen, Gubernur BI Pastikan Sasaran Inflasi Terpenuhi

Penurunan inflasi volatile food didukung oleh peningkatan pasokan pangan.

Rep: Dian Fath Risalah  / Red: Gita Amanda

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Oktober 2024 tercatat sebesar 1,71 persen (yoy), yang berada dalam kisaran sasaran inflasi nasional sebesar 2,5±1 persen. Perry menjelaskan, angka inflasi tersebut dipengaruhi oleh inflasi inti yang terkendali pada level 2,21 persen (yoy), serta inflasi volatile food (VF) yang terus menurun menjadi 0,89 persen (yoy).

“Penurunan inflasi volatile food didukung oleh peningkatan pasokan pangan seiring berlanjutnya musim panen, serta sinergi pengendalian inflasi antara TPIP/TPID melalui GNPIP,” kata Perry dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (20/11/2024).

Baca Juga

Ia juga menyatakan bahwa pengaruh base effect harga pangan turut mendukung penurunan tersebut. Secara spasial, inflasi IHK di sebagian besar daerah Indonesia juga tercatat terkendali dalam kisaran sasaran inflasi nasional.

“Ke depan, kami meyakini inflasi IHK akan tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen, dengan inflasi inti yang terjaga berkat ekspektasi inflasi yang terjangkar, kapasitas perekonomian yang masih besar, serta pengaruh positif dari digitalisasi,” jelas Perry.

Perry juga menegaskan, Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan moneter untuk memastikan inflasi 2024 dan 2025 tetap dalam sasaran, sekaligus mendukung penguatan pertumbuhan ekonomi.

 Berdasarkann hasil rapat dewan gubernur (RDG) bulan November 2024, BI memutuskan untuk menahan suku bunga pada level 6,00 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen. Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2024 dan 2025, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Fokus kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik dan perekonomian global dengan perkembangan politik di Amerika Serikat (AS). Ke depan, Bank Indonesia akan terus memerhatikan pergerakan nilai tukar Rupiah dan prospek inflasi serta perkembangan data dan dinamika kondisi yang berkembang, dalam mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan lanjutan.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement